Tiga Cincin Tauhid

allahuCincin pertama yang lebih dikenal dengan rukun Iman, mulai dari percaya kepada Allah SWT, percaya pada Malaikat, percaya pada kitab-kitabNya, percaya pada Rosul-rosulNya, percaya pada Kiamat dan percaya pada takdir baik maupun buruk. Cincin pertama adalah landasan tauhid pertama yang wajib dipakai oleh orang-orang yang mengaku beriman, tanpa kecuali. Bila orang tidak memakai cincin pertama ini otomatis dia kafir ! Karena lawan iman adalah kafir atau ingkar.

Pada cincin pertama ini ada enam rukun di dalamnya, yang salah satunya tak boleh ditinggalkan atau diingkari. Satu aja, tidak dipercayai atau tidak diimani, akan jatuh pada kekapiran, apa lagi kalau semuanya tidak dipercayai, seperti orang-orang yang athies yang tak percaya kepada Tuhan. Kalau Tuhan saja sebagai Causa prima tidak dipercayai, apa lagi yang lainnya. Kuncinya pada rukun pertama, kalau rukun pertama tidak dipercayai niscaya yang lainnyapun tak akan dipercayai.

Cincin pertama dari tauhid ini, yang memuat rukun iman, wajib dikenakan oleh orang yang mengaku beriman, bila cincin pertama tak dikenakan, maka mustahil orang akan memakai cincin kedua, karena cicncin kedua adalah lanjutan dari cincin pertama. Inilah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Mekkah.

Tak kurang dari tiga belas tahun Beliau menanamkan untuk rukun Iman ini pada masyarakat Mekkah. Apabila bila cincin pertama sudah dikenakan maka akan mudah orang akan mengenakan cincin kedua, paling tidak moral orang yang memakai cincin pertama akan jauh berbeda dibandingkan dengan yang tidak mengenakannya. Dengan kata lain, moral orang yang beriman akan jauh berbeda dengan moral orang yang tidak beriman ! Lalu apakan cincin kedua itu ?

Cincin kedua dari tauhid adalah Islam yang lebih dikenal dengan rukun Islam dari mulai Mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan sholat sehari semalam lima waktu, mengeluarkan zakat, puasa di bulan ramadhan dan pergi haji jika mampu. Cincin kedua ini wajib dipakai oleh orang yang sudah memakai cincin pertama, karena orang tidak akan mememakai cincin kedua bila cincin pertama tidak dipakai, ambil contoh pada cincin pertama didalamnya ada percaya kepada Allah SWT, nah bagaimana orang akan mengucapkan dua kalimat syahadat, bila dia tidak percaya kepada Allah SWT ?

Dan bagaimana orang dia akan sholat, kalau dia tidak percaya kepada Allah ? Orang yang mengaku beriman saja, masih banyak yang tidak sholat, apa lagi yang tidak beriman.

Bagaimana kalau terjadi sebaliknya yaitu orang sholat tapi tidak percaya kepada ? Mustahil terjadi, loh kenapa ? Ya, sangat mustahil orang sholat tapi tak percaya kepada Allah, kalau itu terjadi, dia menyembah siapa ? Kan orang sholat itu sebagai wujud dia percaya akan adanya Allah SWT dan sebagai penghambaan diri atau tunduk kepada Allah SWT yang dia yakini atau dia percayai keberadaannya.

Ambil contoh yang lain, seperti pergi melakukan ibadah haji bagi yang mampu, yang ada dalam cincin kedua, dimana sama-sama kita ketahui, ibadah haji adalah ibadah yang serba besar, besar dananya, besar jumlahnya, besar pelaksanaannya, besar pahalanya, besar tempatnya dst. Nah mustahil orang melakukan ibadah haji, bila tidak di dorong oleh keimanan yang besar, iman kepada Allah SWT yang ada di dalam cincin pertama. Itulah yang dimaksud dengan jalinan erat antara cincin pertama dan cincin kedua.

Bila orang memakai cincin pertama dan tak mau memakai cincin yang kedua, orang tersebut bisa dikatakan munapik, percaya tapi tak mau melakukan apa yang dia percayai. Padahal pengertian iman adalah diucapkan dengan perkataan, dilakukan dengan perbuatan dan membenarkan dalam hatinya. Dan iman itu baru sempurna bila perkataan, perbuatan dan hatinya sejalan. Mari kita melanjutkan pada cincin yang ketiga, apa itu ?

Cincin yang ketiga dari tauhid adalah ihsan. Cincin yang ketiga ini ibarat perekat yang kokoh untuk cincin yang pertama dan yang kedua. Bila diibaratkan dengan segitiga, ketiga cincin ini seperti segitiga sama kaki, dimana kaki dari segi tiga tersebut sama kuat dan sama kokohnya. Cincin ihsan ini adalah kita beribadah seakan-akan melihat Allah SWT dan kalau kita tak dapat melihatNya, yakinlah bahwa Allah SWT melihat ibadah kita. Sikap Ihsan inilah yang disebut sebagai omni present, dimana Allah selalu hadir ! Dan kehadiran Allah SWT tak peduli di sadari atau tidak oleh manusia. Dia tetap hadir, Dia tetap ada, di sadari atau tidak oleh manusia !

Manusia yang selalu memakai cincin ketiga, akan merasakan kehadiraNya dimanapun dia berada, di tanah Suci atau di tanah lainnya, di negeri yang mayoritas Islam atau yang dinegeri minoritas Islam. Orang yang memakai cincin ketiga, yakin, dimanapun dia berada, dia tetap berada di bumi Allah. Siapa sih yang berani berkata bumi ini bukan milik Allah ?

Bila ada yang berkata bumi ini bukan milik Allah, jelas sekali orang itu tidak memakai cincin pertama dan kalau ada orang memakai cincin pertama dan yakin akan keberadaan Allah, tapi tak mau sholat, puasa dll orang tersebut berarti tak memakai cincin yang kedua. Nah kalau orang sudah memakai cincin pertama dan cincin kedua, namun tak merasakan kehadiran Allah SWT, berarti orang tersebut tak memakai cincin yang ketiga, yang harus dipakainya.

Bila ada yang berkata, saya hanya perlu cincin pertama dan cincin kedua tanpa memakai cincin yang ketiga, bila itu dilakukan maka ibadanya akan kering. Ibadahnya hanya seperti orang yang menggugurkan kewajiban saja. Seperti dia sholat, tapi sholatnya tak dapat menghadirkan Allah SWT, sholatnya tak bisa khusu , karena tak ada ihsan di dalamnya. Syahkah solatnya ? Hanya Dia yang Maha Mengetahui. Lalu apakah harus meninggal sholat, karena tak bisa khusu ?

Jangan, sholat adalah kewajiban yang harus dilaksanakan, tak ada alasan untuk mengugurkannya, kecuali memang yang dilarang, seperti wanita yang sedang haid, namun bagi laki-laki, sejak dia balig, tak ada yang boleh terputus satu waktupun ! Tak ada dispensasi untuk laki-laki untuk meninggalkan sholat satu waku sekalipun.

Kembali kepada ketiga cincin tauhid yaitu Iman, Islam dan Ihsan ( I3= i tiga ) adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan satu sama lain, ketiganya saling menguatkan atau saling berkait. Bila ketiganya sudah dikenakan, jadilah dia insan paripurna, insan kamil. Itulah sebaik baiknya manusia.