Pemikiran Islam

Ada tiga hal yang akan kita bahas pada tulisan yang singkat ini tentang faktor apa yang membuat seseorang tidak diakui sebagai umat Nabi Muhammad saw.

Syi’ah Isma’iliyah Bathiniyah berhasil mengaburkan dan meruntuhkan bangunan sendi-sendi agama baik aqidah atau syari’at, dalam masalah tauhid karena mereka mempunyai terminologi sendiri dalam mengekspresikan “Tauhidullah”

Disamping akhlak kepada Allah swt., sebagai muslim kita juga harus berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya.

Akal telah gagal mencari siapa Tuhan sebenarnya, namun kegagalan akal tidak dapat menghentikan kebutuhan Fitrah untuk mencari-Nya.

Bila diamati secara seksama, Syi’ah Isma’ilyah Bathiniyah menciptakan gagasan teori lahir dan batin atau dalam istilah mereka “al-Muthl wa al-Mamthul”,

Ketika manusia telah menjadikan Allah swt sebagai Tuhannya, maka salah satu yang harus ditunjukkannya adalah mencintai-Nya melebihi kecintaan kepada apapun dan siapapun juga.

Terwujudnya ketahanan keluarga menjadi sesuatu yang amat penting agar perjalanan keluarga bisa berlangsung sebagaimana yang diharapkan.

Untuk mengetahui lebih jauh implementasi teori lahir dan batin yang diagung-agungkan oleh syi’ah Isma’ilyah, penulis menukil perkataan salah satu filosof syi’ah Isma’ilah yang bernama Abu Mu’ayyan al-Marwazi yang populer dengan sebutan akrabnya “Nashir Khasru”

Jabatan kepemimpinan yang diemban seseorang bisa membawa kebaikan tapi juga bisa membawa keburukan.

Mereka berdalih bahwa proses interprestasi yang dilakukannya hanya semata-mata untuk mengkaji ulang agama, memperbaharui pemikiran agama dan menyegarkan pemahaman. Sebagian mereka berasumsi bahwa al-Qur’an itu diturunkan untuk satu kaum dan generasi tertentu saja yang pada akhirnya memerlukan interpretasi yang baru dan segar.