19 March in History; AS Invasi Irak Dengan Dalih Senjata Pemusnah Massal

Sebagai persiapannya, pada 18 Februari 100.000 tentara Amerika Serikat dimobilisasikan di Kuwait. AS menyediakan mayoritas pasukan untuk invasi ini, dengan dukungan dari pasukan koalisi yang terdiri dari lebih dari 20 negara dan suku Kurdi di utara Irak. Invasi Irak 2003 inilah yang menjadi pembuka Perang Irak yang tiada berakhir hingga kini.

Sebenarnya sekitar tahun 2002 dan awal 2003, lembaga inspeksi senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencoba memastikan apakah Hussein telah melanggar resolusi terkait pembuatan senjata biologis dan kimia. Saddam Hussein lantas sepakat untuk mematuhi pemeriksaan tersebut.

Meski demikian, AS tetap meluncurkan agresi militer ke Irak meski mendapat sejumlah tentangan dari anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Saat itu, hanya Inggris yang setuju untuk bergabung dalam serangan tersebut.

Pada 15 Maret, Bush memberi Hussein dan anak-anaknya 48 jam untuk meninggalkan Irak atau menghadapi perang. Hussein menolak menuruti perintah tersebut.

Invasi militer yang dilakukan AS membuat PBB tidak sempat merampungkan pemeriksaan keberadaan senjata pemusnah massal di Irak. PBB bersama sejumlah warga negara di sana terpaksa dievakuasi. Setelah mengumpulkan sedikit dukungan dari sejumlah negara internasional seperti Belgia dan Spanyol, Bush kemudian memberi lampu hijau untuk meluncurkan Operasi Pembebasan Irak pada 19 Maret.

Serangan awal dilakukan 90 menit setelah AS meminta Hussein untuk meninggalkan Irak. Target pertama militer AS adalah kapal tempur Irak yang diparkir di teluk persia, Kapal tempur itu diserang menggunakan rudal jenis Tomahawk, sebuah roket yang mampu dipasangi beragam hulu ledak bahkan nuklir.