Mewaspada Politik RRC Raya

Sifat ekspansionisme dan semangat negara Cina dalam geopolitik adalah bagian dari konsep Cina Raya. Mereka butuh tanah baru. Tak cukup sampai di situ, mereka juga menyiapkan Cina Rantau untuk jadi penguasa di tanah baru itu.

Indonesia  telah lama menjadi target untuk dijadikan tanah baru mereka.  Karenanya Cina di Indonesia dan  para Cina perantauannya sudah mulai masuk dalam pertarungan politik praktis dengan mendirikan  partai politik dan bahkan  menguasai partai politik lainnya dengan tujuan politik untuk Presiden Indonesia.

Mereka itu anatara lain adalah Ahok, Harry Tanoesoedibiyo, dan Setya Novanto. Kekawatiran terhadap Cina perantauan ini terutama karena RRC menganut paham dwikewarganegaraan (ius sanguinis). Sekalipun Ahok misalnya Warga Negara Indonesia, namun bagi RRC dia juga warga negaranya.

Sehingga loyalitas ganda ini lebih banyak merugikan Indonesia yang menganut azas kewarganegaraan ius solli ( loyalitas pada satu negara dimana dia dilahirkan). Sehingga bagi Indonesia keturunan Arab, India, Pakistan, dan Persia tidak ada masalah karena negaranya menerima azas ius solli apalagi mereka umumnya sudah berbaur dalam budaya dan agama dengan pribumi Indonesia.

Di samping itu sekitar 5 tahun yang lalu ada catatan bahwa 70 juta kader muda PARTAI KOMUNIS CINA mendapat tugas untuk membahas strategi dan taktik Cina utk menjadi negara superpower.

Kader kader tersebut kerjanya memasukkan usul usul kongkrit untuk diputuskan dan dilaksanakan oleh Parta Komunis Cina (PKC). Hal ini saja sudah membuat kawatir negara negara diseputar Cina.

Di Filipina sebagian besar penguasanya berdarah Cina, mulai dari bapak pendiri bangsa Jose Rizal, sampai Marcos hingga trah Aquino. Konglomerat Cina menguasai semua bidang usaha, sementara puak Melayu Filipina sudah lama terpinggirkan dan banyak yang jatuh miskin mengenaskan.

Di Singapura kaum Melayu sdh digusur dan Cina sangat berkuasa. Di Malaysia kalau dulu Mahathir dkk tdk waspada mungkin sdh jadi negara yg didominasi Cina perantauan.

Di Thailand PM Thaksin Shinawatra yang berdarah Cina melakukan program-program populis untuk merebut kekuasaan tetapi akhirnya dijungkalkan oleh kerajaan yang bersekutu dengan milter untuk menyelamatkan negara. Birma banyak membatalkan proyek dg Cina konon karena kawatir dominasi Cina dan mungkin belajar dari kasus Tibet.

Vietnam mungkin salah satu negara yg paling waspada terhadap Cina. Karena konon doktrin RRC memandang  VIETNAM ITU LENGANNYA DAN INDONESIA ITU JARI JARINYA. Namun di Timor Leste yg baru belasan tahun bebas dari Indonesia imigran Cina sdh luar biasa.

Perekonomiannya didominasi Cina bahkan menurut Lingkar.Com Cina sdh membangun pangkalan AL di Timor Leste dan ada perkiraan mata uang Timor Leste akan menggunakan mata uang Cina, Yuan,  mengikuti Zimbabwe.Australia sendiri cemas melihat perkembangan Timor Leste.

Mantan Dubes RI di Peking Mayjen Purn. SUDRADJAT juga cemas melihat perkembangan tenaga kerja dari Cina dan meragukan kemampuan aparat kita utk memantau dan mengeksekusi atas berbagai pelanggaran yg dilakukan imigran Cina.

Singkat kata, negara negara Asia Tenggara kalau tdk waspada pelan-pelan akan jatuh ke tangan Cina karena kebijakan geopolitik Cina yang  menggunakan Cina perantauan sebagai kaki-tangan program ofensifnya.

Elit Etnis Cina di Indonesia, berperan dari bermain di belakang layar hingga tampil langsung untuk mendominasi politik kekuasaan Indonesia. Dengan perkataan lain Etnis Cina di Indonesia sedang berusaha keras untuk menggeser posisi politik Pribumi Nusantara sebagai penguasa nasional.

Indonesia diperkirakan menjadi negara yang paling banyak perantau Cina-nya.Menurut Kompas lk 8.000.000 orang sementara Prof DR. Sri Bintang Pamungkas menduga lk 25 juta tapi menurut mantan Dubes kita di RRC Mayjen Purn Sudradjat berkisar 5% atau lk 12 juta.

Di Indonesia secara kasar dikategorikan ada Cina Totok atau Cina Singke, Cina kelahiran Indonesia, dan Cina keturunan, serta Cina yang telah berasimilasi dengan Pribumi Nusantara.

Cina yang mau berasimilasi secara pisik ( kawin mawin dengan Pribumi) dan menyesuaikan diri dengan adat istiadat dan budaya setempat, tidak hidup secara ekslusif.

Mereka ini sudah masuk dalam kategori bumiputera atau pribumi. Demikian temuan penelitian Dr. M.Dahrin La Ode, M.Si seorang ahli politik etnisitas, juga Dosen Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan).

Di satu sisi masih banyak pula Cina yang menolak untuk berasimilasi secara pisik dan budaya, tetap mempertahankan cara hidup eksklusif, merasa dirinya lebih terhormat dari pada Pribumi dengan perkataan lain orang Cina menganggap dirinya superior sedangkan Pribumi adalah inferior.

Sikap psikologis sosial orang Cina seperti itu merupakan bagian dari stratifikasi kolonial Belanda dahulu, yakni stratifikasi pertama Kolonial Belanda, stratifikasi kedua orang Cina, dan stratifikasi ketiga adalah Pribumi yang dijajah oleh Belanda.

Di samping itu, juga karena kebijakan ekonomi Orba membuat orang Cina tumbuh pesat pada aspek ekonomi sehingga banyak orang Cina yang jadi kaya raya. Dari hasil itu, membuat sikap psikologis sosial semakin ekslusif.

Dengan kekuatan ekonominya yang dominan itu, maka ada kekhawatiran Cina akan mengakuisi atau menguasai Indonesia secara mutlak. Apalagi sekarang Cina singke atau Cina Totok yang tidak mau berasimilasi umumnya yang tergolong dalam 9 NAGA itu sudah mempunyai ambisi untuk menguasai politik Indonesia.

Secara informal mereka sudah mengatur kekuasaan dari belakang layar terutama sejak Orba dan makin menjadi lebih kuat sejak era Reformasi. Di era Orba mereka hanya mempengaruhi Soeharto dalam bidang ekonomi.

Namun di era Reformasi mereka telah mengatur dari belakang layar. Sekarang mereka ingin tampil langsung mengatur kekuasaan. Dibeberapa daerah mereka sudah berkuasa. Baik yg Cina totok maupun yang Cina campuran.

Dengan kekuatan ekonomi ditangan mereka secara telak dan ambisi politik RRC serta ambisi politik Cina rantau siapa yg jamin dlm beberapa tahun ke depan terjadi politik apartheid atau penjahahan oleh Cina terhadap Indonesia?

Pribumi Nusantara Kurang Waspada.

Kebanyakan masyarakat Indonesia kurang awas atas perkembangan dan perubahan prilaku Cina Perantauan ini. Mereka memandang sebagai hal hal yang wajar saja dan tidak melihat sikap politik dan ekonomi orang Cina ini sebagai ancaman dan bahaya bagi nasib Pribumi atau bumiputera dan masa depan anak cucunya yang akan dijajah oleh orang Cina.

Dengan dalih hak azasi manusia, persamaan hak dan pluralisme maka kaum bumiputera dapat ternina bobokkan. Sikap Pribumi Nusantara seperti ini sangat berbahaya bagi kelanjutan NKRI dalam kekuasaan Pribumi Nusantara.

Orang Cina mencontohkan negara Amerika Serikat (AS) dimana siapa saja bisa jadi Presiden tanpa diskriminasi. Mereka lupa bahwa di AS penduduk Pribuminya (Indian) sudah dimusnahkan oleh bangsa Eropa (Inggeris, Spanyol,  Perancis, Belanda, Dan Portugis) sehingga yang ada adalah semua bangsa pendatang dari Eropa, Asia dan Afrika.

Maka wajar mereka punya hak dan kesempatan yg sama  dalam sosial, ekonomi dan politik termasuk untuk menjadi Presiden. Meskipun demikian, AS kampiun dalam kampanye demokrasi , pluralisme dan HAM namun nyatanya ada syarat yang tidak tertulis bahwa Presiden AS adalah  yang White, Anglosaxon, dan Protestant (WASP). Jd secara tersirat di AS pun terjadi ” diskriminasi”.

Di Cina sendiri umpamanya ada orang keturunan India kaya raya mau jadi Gubernur di Beijing apa mungkin? Jangankan yg India, yg Cina campuran bule di Hongkong belum tentu di terima jadi gubernur di Cina. Jadi Cina cuma mau menang sendiri saja didunia ini ?

Kelompok kelompok tertentu di Indonesia mencoba melakukan kampanye yang mencoba mengaburkan penduduk asli pribumi dan Cina pendatang dengan menggugat sejarah ribuan tahun seolah olah tidak ada pribumi dan semua sama sama pendatang. Ini upaya orang Cina yang harus diwaspadai dengan cara yang saksama. Tidak boleh lengah.

Kita tak boleh terpengaruh oleh upaya upaya demikian karena akan mengaburkan hal hal mendasar bagi tegaknya NKRI. Sebuah sumber di medsos menulis dulu Tibet negara merdeka, lalu ada bantuan dari Cina untuk membangun Tibet, maka dikirimlah para pekerja dari Cina membangun jalan, jembatan dan sarana2 infrastuktur lainnya.

Tiba2 di suatu hari, ternyata pekerja2 itu memegang senjata dan mengusai ibukota dan pemerintahan. Dalai Lama ditangkap dan diasingkan keluar negeri. Ternyata mereka adalah para tentara yang menyamar jadi pekerja. Menurut sumber itu kisah ini  didengar langsung dari orang Tibet di kota Lasa (ibu kota Tibet).

Pemerintah Indonesia harusnya waspada dengan pengiriman besar2an tenaga kerja Cina ke Indonesia. Apalagi  pembelian/pemasukan senjata secara ilegal ke Indonesia telah terjadi dan bisa mendaratnya pesawat secara sembarangan di Jakarta yg pemiliknya Cina. Belum lagi penguasaan pantai utara Jakarta secara sistematis dg proyek reklamasi dll.

Japto Surjosoemarno tokoh Pemuda Pancasila telah menyampaikan kekawatirannya dengan prilaku Cina Rantau dengan mempertanyakan KTP Cina yang telah di kremasi, jangan-jangan di daur ulang.

Begitu juga dengan pembangunan Ruko, apartmen, rusun serta penguasaan lahan yang berlebihan dari Sumatra, Jawa, Kalimantan dan lain seterusnya. Itu semua dicurigai bagian dari Agenda Cina Raya.

  1. Proklamasi Kemerdekaan Tanggal 17 Agustus 1945 untuk pribumi!

Bagi kita tonggak terpenting lahirnya Republik Indonesia adalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Kemerdekaan Indonesia pada dasarnya adalah kemerdekaan kaum Pribumi Nusantara yang 3,5 abad di jajah Belanda dan menempatkan pribumi sebagai Kelas 3 di tanah airnya sendiri.

Memang tidak dipungkiri bahwa di antara pejuang kemerdekaan itu ada warga keturunan yang ikut andil dalam sumbangan moril, materil maupun secara pisik ikut berkorban meskipun tidak juga dipungkiri banyak yang jadi agen atau mata mata dari sang penjajah.