Bukti Kuat Mengapa Barat Harus Berterimakasih ke Islam

Spanyol dan Sisilia (Italia Selatan kini) berturut-turut menjadi mercusuar peradaban berkat keberpihakan para penguasa Muslim terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan kosmopolitanisme.

Tambahan pula, mereka memberlakukan kebijakan yang penuh toleransi terhadap umat-umat non-Muslim sehingga banyak intelektual Kristen yang tumbuh menjadi pencinta kebudayaan Arab.

 

Alvaro, seorang penganut Kristen pada abad kesembilan, mengeluhkan banyaknya orang Kristen di Andalusia yang lebih suka mengidentifikasi dirinya sebagai orang Arab.

Banyak rekanku sesama penganut agama (Kristen) yang membaca puisi dan cerita-cerita dari Arab, mempelajari agamanya (Nabi) Muhammad dan pemikirpemi kir (Muslim). Semua itu bukan untuk menyanggahnya (Islam), melainkan mempelajari bagaimana mereka dapat mengekspresikan diri dengan lebih elegan lagi seturut kebudayaan Arab. Di mana lagi kita sekarang mendapati seseorang membaca teks-teks berbahasa Latin tentang kitab suci (Kristen)?

Tidak semua non-Muslim pada masa itu sejalan pendapat dengan Alvaro. Beberapa mendekati kenyataan dominasi Muslim itu dengan cara yang jauh dari mengeluh. Misalnya, Peter the Venerable (meninggal 1156), seorang kepala biara di Cluny, Prancis.

Pada 1142. Dia ke Spanyol untuk mengunjungi biara Cluniac yang dilengkapi perpustakaan dengan ragam koleksi berbahasa Arab. Dari sana, dia kembali ke Prancis dengan memboyong sejumlah naskah tentang Islam. Inilah pertama kalinya Alquran diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.

Untuk menjalankan proyek penerjemahan ini, Peter membentuk sebuah tim yang diisi seorang pakar bahasa Arab, Robert of Ketton. Bukan hanya Alquran, naskah-naskah tentang sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW juga dialihbahasakan dari Arab ke Latin. Meskipun tegas mendukung Kristen, apalagi konteks zaman saat itu adalah Perang Salib, Peter the Venerable cukup adil menilai Islam.

Dia dengan lugas mengkritik tulisantulisan orang Kristen yang baginya terlalu melenceng dalam memandang Islam, sosok Nabi Muhammad, dan Alquran.Demikianlah, tradisi kepustakaan Barat sesungguhnya berutang budi pada peradaban Islam yang ratusan tahun lamanya pernah berjaya di Eropa. (rol)