Buntut Serangan di Pakistan, Duta Besar AS untuk Pakistan Terancam Diusir

Rakyat dan sejumlah pejabat Pakistan mendesak agar Duta Besar AS di negara itu diusir dan memastikan bahwa AS tidak mengulangi serangannya lagi ke wilayah Pakistan yang menewaskan warga sipil seperti yang terjadi pada pertengahan bulan Januari kemarin. Desakan itu dilontarkan dalam aksi unjuk rasa warga dan anggota dewan dari North West Frontier Province (NWFP).

"Kami mendesak pemerintah negara federal untuk menyatakan persona non grata (orang yang tidak disukai-red) terhadap duta besar AS di Pakistan terkait dengan serangan misil yang dilakukan pasukan militer AS di Bajur dan menewaskan rakyat sipil," demikian bunyi resolusi yang dibuat oleh dewan NWFP.

Seperti diberitakan, pada 13 Januari kemarin pasukan AS menembakkan misilnya ke desa Damadola yang terletak di dekat perbatasan Pakistan-Afghanistan. Serangan misil itu menewaskan 18 orang yang sebagian besarnya adalah warga sipil tak berdosa.

Menyusul serangan tersebut, pemerintah Pakistan memanggil utusan khusus AS di Pakistan, Ryan Crocker untuk menyampaikan nota protes secara resmi pada AS atas serangan tersebut.

Serangan tersebut memicu aksi unjuk rasa anti AS di sejumlah kota besar di Pakistan. Bahkan ada resolusi yang menyerukan agar pemerintah Pakistan membawa persoalan ini ke Dewan Keamanan PBB dan meminta AS untuk minta maaf karena sudah membunuh warga sipil.

Sampai hari Minggu (22/1) kemarin, sekitar 1.000 pendukung partai Jamiat Ulama-i-Islami (JUI) melakukan aksi unjuk rasa di Bajur, kota utama di wilayah Khar. Mereka meneriakkan dan membawa slogan-slogan anti AS dan Musharraf, presiden Pakistan yang dekat dengan AS. Dalam aksi unjuk rasa itu, para demonstran membakar foto-foto Musharraf, Presiden AS George W. Bush dan bendera AS.

Pakistan Terjebak
Harian AS Washington Post dalam laporannya mengatakan bahwa pemerintah Pakistan terperangkap antara kelompok militan di negaranya dan AS yang sama-sama melancarkan taktik yang agresif dalam kerangka perang melawan terorisme.

Dalam acara ‘Late Edition’ CNN, Perdana Menteri Pakistan Shaukat Aziz mengungkapkan, pemimpin Al-Qaida Usamah bin Ladin tidak berada di wilayah negaranya seperti yang diyakini AS selama ini. "Kami dan seluruh dunia tidak punya petunjuk di mana dia (Usamah) dan pengikut-pengikutnya berada, Dia mungkin ada di suatu tempat di wilayah Pakistan atau di luar wilayah kami," kata Aziz.

Dalam wawancara itu, Aziz mengatakan bahwa AS tidak memberitahukan terlebih dahulu pada pihak Pakistan bahwa mereka akan melakukan serangan. "Tidak ada bukti bahwa ada orang lain di sana. Kami tidak menemukan mayat atau bukti sedikitpun tentang keberadaan orang-orang Al-Qaida di sana. Mereka tidak berkumpul di sana untuk makan malam, kami tidak tahu siapa orang yang ada di tempat itu," sambung Aziz.

Belakangan, media AS memberitakan bahwa target serangan AS adalah orang nomor dua di Al-Qaida yaitu Ayman Al-Zawahiri dan pemimpin senior Al-Qaida lainnya yang diduga sedang berkumpul di sebuah rumah di wilayah Pakistan. Namun, kecurigaan AS itu tidak pernah terbukti sampai sekarang dan Al-Zawahiri dipastikan masih hidup dan lolos dari serangan misil AS itu. (ln/iol).