Demonstran Bentrok Dengan Pendukung Raja Abdullah di Yordania

Para pengunjuk rasa dan pendukung raja Yordania bentrok di ibukota Amman Kamis malam kemarin (24/3), dan sekitar 35 orang terluka di salah satu insiden paling buruk selama tiga bulan demonstrasi yang terjadi di negara itu.

Sekitar 2.000 warga Yordania yang menuntut reformasi pemerintah bergabung di sebuah alun-alun. Mereka diserang oleh sekitar 300 pendukung Raja Abdullah II, yang melempar batu ke arah para demonstran, melukai beberapa dari mereka.

Kelompok kiri bergabung dengan para pemuda demonstran melakukan aksi menyerukan  pengusiran perdana menteri Yordania dan segera diberikan kebebasan yang luas untuk masyarakat.

Banyak di antara para demonstran yang mengatakan mereka bertemu melalui Facebook bulan lalu untuk meluncurkan sebuah kelompok yang disebut Gerakan Pemuda Yordania.

Sebelum kekerasan terjadi, juru bicara kelompok pemuda Ziad al-Khawaldeh mengatakan pengunjuk rasa akan tetap di luar sampai Perdana Menteri Marouf al-Bakhit turun dari jabatannya. Tuntutan lainnya termasuk pembubaran parlemen, serta pembubaran departemen intelijen.

Kelompok ini berganti nama Kamis kemarin (24/3) dengan nama "Pemuda 24 Maret" – menandai apa yang mereka sebut sebagai awal dari sebuah demonstrasi terbuka.

"Hari ini adalah fajar revolusi Yordania," kata juru bicara kelompok Ziad al-Khawaldeh, 23 tahun.

"Kami tidak akan bergerak satu inci pun dari sini sampai tuntutan kami dipenuhi," katanya dalam aksi di depan Departemen Dalam Negeri di jantung ibu kota Yordania.

Pengunjuk rasa melambaikan spanduk yang menyerukan "Yordania baru, bersih dari korupsi dan pejabat korup."

"Departemen Intelijen, kami ingin tangan Anda bebas dari politik!" teriak mereka.

Al-Khawaldeh mengatakan dua demonstran ditahan polisi untuk diinterogasi, tapi dia tidak tahu alasannya. Sementara salah satunya dibebaskan beberapa jam kemudian, yang lain tetap dalam penahanan, katanya.

Al-Khawaldeh mengatakan para demonstran menginginkan al-Bakhit segera diganti dengan dibentuknya pemerintahan liberal yang akan segera melaksanakan reformasi."

Al-Bakhit, seorang mantan jenderal militer, secara luas dianggap sebagai seorang perwira militer yang keras dan tidak mampu memperkenalkan perubahan yang dituntut oleh demonstran.

Kubu oposisi Yordania juga ingin raja mengurangi beberapa kekuasaannya, khususnya dalam menunjuk perdana menteri. Sebaliknya, mereka ingin perdana menteri baru dipilih secara fair langsung oleh rakyat.(fq/ap)