Dua Anggota Parlemen Inggris ke Sudan untuk Bebaskan Gillian Gibson

Dua warga Muslim Inggris secara khusus berangkat ke Sudan, setelah pemerintah negeri itu menjatuhkan hukuman pada seorang guru asal Inggris yang dinyatakan bersalah atas tuduhan melecehkan Nabi Muhammad Saw.

Kedua warga Muslim, Baroness Sayeda Warsi dan Lord Nazir Ahmad yang juga anggota parlemen Inggris datang ke Sudan atas inisiatif pribadi untuk bernegosiasi dengan pihak berwenang di Sudan agar membebaskan guru tersebut. Mereka mengatakan, meski negosiasi berjalan alot, tapi ada kemajuan.

Seperti diberitakan sebelumnya, guru asal Inggris dan ibu dari dua anak, Gillian Gibson pada Kamis pekan kemarin dijatuhi hukuman penjara selama 15 hari dan akan dideportasi. Ia berurusan dengan aparat hukum Sudan karena dianggap melecehkan Nabi Muhammad Saw, setelah mengizinkan siswanya yang berusia 7 tahun menamakan boneka beruangnya dengan nama Muhammad.

Di Sudah, Warsi sempat bertemu dengan Gibson pada hari Sabtu kemarin, di sebuah tempat yang dirahasiakan. "Dia baik-baik saja, tetap semangat dan selama tujuh hari belakangan ini, dia mengaku diberi akses untuk mendapatkan apa saja yang ingin ia makan dan cukup diberi air untuk mandi, " tutur Warsi pada para wartawan di Khartoum.

Warsi dan Nazir Ahmad rencananya akan bertemu dengan Presiden Sudan Omar al-Bashir hari ini, Senin (3/12) untuk meminta pengampunan bagi Gibson. Menurut humas kepresidenan Mahjoub Fadl Badri, pertemuan akan berlangsung pagi hari waktu setempat di istana presiden di Khartoum.

Nazir Ahmad mengatakan, intervensi mereka dalam masalah ini sangat penting, pertama, karena mereka adalah orang Inggris, anggota parlemen dan mereka adalah Muslim.

"Kami memahami situasinya dan tradisi di sini, kami juga memahami tradisi, budaya dan norma-norma kami. Dengan memainkan peranan penting ini, kami berharap bisa menawarkan bantuan, " kata Nazir Ahmad.

Warsi mengaku optimis, Gibson akan segera dibebaskan. "Saya masih berharap, saya mengerti budaya dan sensitifnya hal-hal terkait dengan Islam, tapi sebagai perempuan Inggris, saya sangat prihatin dengan apa yang menimpa Gillian, " ujarnya.

Ia melanjutkan, "Ini merupakan isu besar dan kami harus tetap optimis serta berharap bahwa kami bisa menyelesaikan masalah ini secepat mungkin. " (ln/iol)