Gedung Putih dan Yahudi AS Cemas Melihat Sikap Turki

Pemerintah AS dan para pemuka Yahudi AS mengkhawatirkan sikap Turki belakangan ini terhadap Israel dan makin dekatnya hubungan Turki dengan Suriah. Sementara pemerintah Turki menegaskan kembali bahwa mereka tidak bermaksud menunjukkan sikap permusuhan terhadap Israel, tapi lebih pada ketegasan Turki dalam menghadapi ketidakdilan yang telah dilakukan Israel.

Sumber-sumber di AS mengungkapkan pemerintahan Barack Obama terus memantau kebijakan-kebijakan Turki terhadap Israel dan hubungan Turki dengan Suriah yang makin dekat, meski pemerintahan Obama belum sampai pada kesimpulan apakah kedekatan Turki dan Suriah itu sebagai indikasi perubahan orientasi strategis Turki terhadap Barat.

Gedung Putih sendiri berusaha menutupi kekhawatiran itu dengan menyatakan bahwa AS tetap berusaha melakukan dialog tentang berbagai isu dengan sekutu-sekutu pentingnya termasuk negara Turki. "Presiden kedua negara (AS-Turki) sepakat bahwa konsultasi masih perlu dilanjutkan untuk membahas berbagai persoalan termasuk agenda penting terkait keamanan global," demikian pernyataan Gedung Putih tanpa menyinggung lebih detil soal Israel atau Timur Tengah.

AS ikut menarik diri dari latihan perang bersama dengan Turki, setelah Turki menyatakan menolak keikutsertaan Israel dalam latihan yang sedianya juga akan menyertakan angkatan udara Italia. Keputusan Turki ini memicu ketegangan hubungan antara Israel dan Turki. Turki menolak keikutsertaan Israel sebagai bentuk protes atas kejahatan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina, terutama warga Gaza.

Selain pemerintahan AS, para pemuka Yahudi di AS juga khawatir melihat sikap Turki yang dianggap menunjukkan sikap permusuhan terhadap Israel, belakangan ini. Sejumlah pemuka Yahudi hari Jumat kemarin secara khusus melakukan pertemuan tertutup dengan Dubes Turki di Washington selama hampir dua jam. Mereka menyatakan menghargai sikap Dubes Turki, Nabi Sensoy yang bersedia merespon kekhawatiran mereka. Dalam pertemuan tersebut juga dibahas kesepakatan kerjasama dan latihan perang bersama antara Turki dan Suriah, serta masalah program televisi Turki yang dinilai telah memojokkan tentara-tentara Israel.

Salah seorang pemuka Yahudi yang ikut serta dalam pertemuan tertutup itu mengatakan, Dubes Turki menolak jika Turki disebut sengaja menciptakan ketegangan hubungan dengan Israel. Dubes Turki juga meminta agar komunitas Yahudi tidak membesar-besarkan apa yang terjadi belakangan ini antara Turki dan Israel.

Wakil Presiden B’nai B’rith International, Daniel Mariaschin, salah seorang pemuka Yahudi yang hadir dalam pertemuan mengungkapkan, pembicaraan dilakukan dengan terbuka dan jujur. "Kami akan selalu mengupayakan hubungan baik antara warga Israel dengan negara-negara tetangganya, termasuk Turki. Banyak dari pemuka Yahudi AS yang selama bertahun-tahun berusaha membangun dan memprioritaskan hubungan yang dekat antara Turki-Israel, Turki-Yahudi dan antara Turki dengan Amerika," ujar Mariaschin.

Jess Hordes, Dierktur Anti-Defamation League Washington-organisasi yang sejak lama menjalin hubungan dengan Turki-menegaskan bahwa Turki adalah aliansi yang sangat penting meski saat ini hubungan Israel-Turki sedang mengalami masa-masa sulit. Meski tidak bisa hadir dalam pertemuan dengan Dubes Turki, Hordes menyatakan pentingnya "menstabilkan situasi" yang terjadi saat ini.

"Kami masih percaya Turki bisa dan akan tetap menjadi aliansi yang penting bagi Israel," tukasnya.

Tapi pandangan berbeda dilontarkan analis Turki, Soner Cagaptay. Menurutnya, telah terjadi perubahan besar dalam hubungan Turki-Israel. "Ini adalah awal yang nyata bagi berakhirnya hubungan Israel-Turki. Saat ini, pemerintah Turki melihat Israel dari sisi pandang dunia Islam yang terlibat konflik panjang dengan Israel.

Sikap Turki yang menolak keikutsertaan Israel dalam latihan perang yang sudah bertahun-tahun rutin dilakukan, juga merupakan pesan bagi NATO untuk memilih antara Turki atau Israel. "Turki tidak akan membantu NATO jika NATO membantu Israel," ujar Captagay.

Sementara itu, Perdana Menteri Turki Recep Tayyib Erdogan dalam siaran televisi hari Sabtu malam menegaskan kembali kecamannya terhadap Israel sebagai "pelaku kekerasan." "Turki, sepanjang sejarhanya, tidak pernah berpihak pada pelaku kekerasan. Turki selalu membela mereka yang tertindas. Turki tidak ingin bermusuhan dengan negara manapun, tapi kami menentang ketidakadilan," tegas Erdogan dalam pidatonya di Kirsehir, Turki Tengah. (ln/JP)