Gerakan "Intifada" Muslim Kashmir Melawan Penindasan India

Ketegangan di wilayah Srinagar, ibukota Kashmir-India masih berlanjut. Tentara-tentara India harus menghadapi kemarahan warga Kashmir yang mayoritas muslim atas tewasnya seorang anak sekolah akibat kekerasan yang dilakukan seorang polisi India awal Juni kemarin.

Mungkin terinspirasi oleh gerakan Intifada di Palestina, anak-anak muda muslim Kashmir melakukan perlawanan dengan cara melempari tentara-tentara India dengan batu. Amjad Khan, sebut saja begitu, berusia 17 tahun , adalah satu anak muda Kashmir yang selama enam minggu belakangan ini juga ikut turun ke jalan di Srinagar, melemparkan batu-batu ke arah pasukan India.

"Saya melakukan ini untuk mengekspresikan kemarahan saya, kebencian saya pada pemerintah India," ujar Khan dengan suara pelan.

Khan mengaku bukan termasuk muslim yang taat. Ia ikut salat Jumat hanya agar bisa ikut melakukan aksi protes terhadap pemerintah India, yang biasanya dilakukan setelah salat Jumat. Ia membenci pemerintah India yang masih menguasai Kahsmir.

Konflik di wilayah yang berpenduduk 12 juta jiwa itu sudah berlangsung sejak terjadi perpisahan wilayah menjadi India dan Pakistan tahun 1947. Wilayah Kashmir menjadi sengketa, India dan Pakistan sama-sama mengklaim Kashmir sebagai wilayah mereka. Tapi penguasa Kashmir ketika itu yang beragama Hindu, lebih memilih untuk bergabung dengan India, sehingga Kashmir sekarang terbelah menjadi dua, Kashmir Pakistan dan Kashmir India.

Sejak tahun 1989, warga muslim Kashmir India melakukan perlawanan terhadap pemerintah India yang kerap melakukan kebijakan diskriminatif dan kekerasan terhadap muslim Khasmir. Sejak pecah perlawanan itu, Kashmir dianggap menjadi salah satu daerah konflik paling berbahaya di dunia, konflik yang telah menelan korban 47.000 warga Kashmir.

Seiring dengan negosiasi damai antara Pakistan-India yang dimulai tahun 2004, ketegangan dan aksi-aksi kekerasan di Kashmir makin meningkat. Pemerintah India menuding aksi-aksi protes anti-India di Kashmir didalangi oleh kelompok-kelompok ekstrimis dari Pakistan. Namun tudingan itu dibantah para pemuka masyarakat di Kashmir. Mereka menyatakan, aksi-aksi protes yang dilakukan kaum muda muslim Kashmir semata-mata karena mereka merasa tidak memiliki masa depan dibawah kekuasaan India.

Negosiasi dan dialog terkait status wilayah Kashmir mengalami kebuntuan, sementara jumlah pengangguran di kalangan usia produktif di Kashmir terus meningkat. Lebih dari 400.000 anak muda Kashmir saat ini, tidak memiliki pekerjaan tetap.

"Satu-satunya penyebab utama aksi protes yang terjadi hari ini, karena rakyat tidak melihat adanya titik terang dari terowongan gelap yang mereka jalami saat ini. Kecuali masalah politik diselesaikan, Kashmir akan terus menghadapi beragam persoalan," kata Kepala Kementerian Pemerintahan Kashmir, Omar Abdullah.

Di sisi lain, pemerintah India tidak mau mendengarkan aspirasi rakyat Kashmir. Para pejabat negeri itu tetap berkeyakinan bahwa para ekstrimis Pakistan yang telah memanas-panasi warga Kashmir untuk berontak pada pemerintah India. Atas keyakinan itu, Menteri Dalam Negeri India P. Chidambaram mengambil kebijakan militer dan berbagai pembatasan di wilayah Kashmir, misalnya, memberlakukan jam malam di hampir seluruh wilayah Kashmir dan melarang pengiriman sms dengan alasan untuk memutus komunikasi antara para pengunjuk rasa.

Tapi pengerahan tentara dan berbagai pembatasan yang diterapkan pemerintah India, justru menambah kuat perlawanan anak-anak muda muslim Kashmir. Senjata yang mereka gunakan cuma batu-batu dan sekarang mereka mulai memanfaatkan internet dan jejaring sosial untuk melakukan perlawanan.

"Facebook dan Youtube menjadi tempat bagi kami untuk menyampaikan rasa frustasi dan aspirasi kami pada dunia," kata Showket Ahmed.

Mantan komandan militer India, Javed Mir mengungkapkan kekhawatirannya melihat militansi anak-anak muda Kashmir. Ia mengatakan, sekarang anak-anak muda itu hanya melempar batu atau mengunakan internet, bukan tidak mungkin anak-anak muda itu suatu saat juga akan angkat senjata yang sesungguhnya, seperti senjata yang dipegang tentara-tentara India untuk menindas warga Kashmir. (ln/mv/afp)