Inggris Akui Barat Salah dalam Terapkan Kebijakan di Negara-negara Arab

PM Inggris David Cameron mengakui adanya kebijakan yang salah yang diterapkan pada negara-negara Arab di tengah demonstrasi Mesir yang terus menerus menentang presiden Mubarak.

Di tengah gelombang aksi protes anti pemerintah, Cameron mengatakan "di masa lalu kadang kami di Barat telah mengambil pandangan yang agak sederhana bahwa yang penting hanyalah berlangsungnya pelaksanaan Pemilu."

"Demokrasi yang nyata adalah tentang membangun blol Anda dan menaruh di tempatnya terkait tentang aturan hukum, hak, kekuatan masyarakat sipil serta kebebasan Anda yang anda miliki di negara itu," tambahnya.

William Hague, Menteri Luar Negeri Inggris, juga telah meminta presiden Mesir untuk mendengarkan aspirasi demonstran menantang rezimnya. Dia meminta pemerintah Mesir untuk menghormati hak-hak rakyat.

Hague mengatakan hal tersebut selama kunjungan ke Suriah "sangat penting dalam situasi ini untuk merespon positif tuntutan yang sah untuk reformasi, untuk bergerak ke arah keterbukaan dan transparansi dan kebebasan politik yang lebih besar."

Dalam sebuah wawancara, Perdana Menteri Inggris mengakui bahwa Barat telah mengambil jalan yang salah, yang mencerminkan pendekatan yang kurang matang ke negara-negara Arab.

Cameron juga mengatakan bahwa negaranya menyadari situasi ini dan bahwa ada kebutuhan untuk membiarkan negara-negara lain tahu tentang masalah ini.

Hague highlighted the importance of British national safety in Cairo, Alexandria, Luxor and Suez after the 26 deaths and hundreds of injuries in the Egyptian unrest. Den

Hague menyoroti pentingnya keamanan nasional warga Inggris di Kairo, Alexandria, Luxor dan Suez setelah 26 orang tewas dan ratusan luka-luka dalam kerusuhan Mesir.

Demonstran Mesir menyerukan untuk mengakhiri presiden negara Presiden Hosni Mubarak.(fq/prtv)