Israel Berencana Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Reaktor Nuklir Dimona

Israel pada minggu ini akan mengungkapkan rencana mereka untuk memproduksi listrik yang dihasilkan dari tenaga nuklir, kata pejabat Israel pada hari Senin kemarin (8/3), hal ini bisa menjadi suatu tindakan yang akan menarik perhatian internasional dengan asumsi Israel memiliki gudang senjata atom.

Menteri Infrastruktur Uzi Landau mengatakan kepada Reuters bahwa dia akan mengumumkan hal tersebut di sebuah konferensi energi di Paris pada hari Selasa (9/3) yang menjelaskan bahwa Israel secara resmi kemungkinan akan membangun PLTN untuk diversifikasi sektor energi mereka.

Landau mengatakan Israel, yang memiliki populasi penduduk 7,5 juta jiwa dan selama ini untuk kebutuhan listrik mereka dihasilkan sebagian besar dari penggunaan batubara lokal dan mengimpor gas alam dari negara lain, yang mampu membangun reaktor nuklir.Namun Israel lebih suka bekerja dengan negara lain dalam hal pengadaan energi.

Israel telah memiliki dua reaktor – reaktor Dimona yang merupakan fasilitas rahasia di gurun Negev, di mana masyarakat dunia telah mengasumsikan secara luas bahwa reaktor tersebut telah menghasilkan senjata nuklir, dan sebuah reaktor untuk riset, yang terbuka bagi inspeksi internasional, berada di Soreq Nahal di dekat Tel Aviv.

Landau telah membahas rencana Israel itu dengan Menteri Energi Perancis Jean-Louis Borloo akan kemungkinan mereka bekerja sama membangun pabrik nuklir, bersama dengan negara tetangga mereka Yordania. Proyek ini akan diawasi oleh Perancis dan menggunakan teknologi Perancis.

Borloo sendiri menyatakan keinginan dari Israel tersebut dianggap "sangat menarik" dan berjanji untuk membahas gagasan Israel dengan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, kata kementerian energi Prancis.

"Israel tertarik untuk menjadi bagian dari lingkaran negara-negara yang memproduksi listrik dari energi nuklir," kata Landau dalam sebuah pernyataan.

"Di kawasan seperti Timur Tengah, kita hanya bisa bergantung pada diri kita sendiri. Membangun reaktor nuklir untuk menghasilkan listrik akan memungkinkan Israel untuk mengembangkan kemandirian energi."

"Teknologi nuklir memiliki banyak kegunaan positif yang mampu melayani tujuan damai dan tujuan kerja sama," katanya.

Kerjasama Perancis

Pada Tahun 1950-an, Prancis membantu Israel membangun reaktor Dimona, sebuah proyek yang pada saat itu dipelopori oleh Presiden Israel Shimon Peres.

Landau mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Reuters bahwa Israel memiliki para ilmuwan dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk membangun reaktor nuklir yang akan menghasilkan energi, namun biayanya akan lebih efisien dengan bekerja dengan negara yang lebih berpengalaman.

Kerjasama dengan Perancis, "akan menjadi lebih sempurna," kata Landau.

Israel tidak mengkonfirmasikan atau menyangkal bahwa mereka memiliki senjata pemusnah massal, di bawah kebijakan mereka yang "ambiguitas" dengan alasan sebagai menangkal serangan musuh sambil menghindari provokasi yang dapat memicu perlombaan senjata.

Tidak seperti negara-negara lain di kawasan itu, Israel belum menandatangi Perjanjian Non-Proliferasi (NPT) tahun 1970, yang mencegah penyebaran teknologi nuklir dengan potensi pembuatan bom.

Dan Israel sendiri tidak memiliki delegasi di Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang diawasi oleh PBB.

Landau mengatakan tidak akan menjadi masalah bagi Israel untuk membangun reaktor sipil tanpa menandatangani NPT:

"Ada banyak negara yang bukan penandatangan NPT dan mereka baik-baik saja. Dan ada negara lain yang menandatangani kesepakatan tersebut dan komunitas dunia tidak benar-benar mengambil peranan yang tepat terhadap proliferasi," katanya.

Iran telah menandatangani NPT namun rencana energi nuklir sampai saat ini masih berada di tengah tuduhan dari Israel serta kekuatan Barat, yang menyatakan bahwa Teheran menggunakan program nuklir mereka untuk mengembangkan senjata.

Sewaktu ditanya apakah para pemeriksa IAEA akan mengawasi pembangunan pabrik Israel, Landau mengatakan: "Kami mengurus dengan baik kebutuhan kami sendiri dan tidak perlu ada inspektur pengawasan."

Landau mengatakan Israel telah bekerja dalam sebuah rencana selama puluhan tahun dan telah memilih untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir di suatu daerah di Negev yang disebut Shivta.

Para pejabat Israel mengatakan negara Yahudi terebut berharap untuk memiliki PLTN yang akan berfungsi pada tahun 2020 atau 2025. (fq/aby)