Kasus Kartun Nabi Muhammad saw di Prancis, Mulai Disidangkan

Editor majalah Charlie Hebdo terbitan Prancis akan menyampaikan pembelaannya di depan hakim dalam persidangan kasus kartun Nabi Muhammad saw.

Majalah satir itu dimejahijaukan oleh persatuan organisasi Islam di Perancis dan Masjid Agung di Paris, karena memuat kartun-kartun Nabi Muhammad yang pernah dipublikasikan oleh surat kabar Denmark, Jyllands-Posten.

Kasus ini mulai memasuki masa persidangan hari ini, Rabu (7/2) di Paris. Penerbit Charlie Hebdo, Philippe Val mengatakan, baginya persidangan ini akan menjadi ajang untuk membela kebebasan berbicara.

Sejumlah politisi, warga Muslim sekular dan kelompok sayap kiri yang mendukung Charlie Hebdo menilai organisasi Islam itu tidak berhak bicara soal pembatasan dalam kebebasan berbicara.

"Saya cuma tidak bisa membayangkan konsekuensinya bukan hanya bagi Prancis tapi juga untuk Denmark dan Eropa, jika mereka (Charlie Hebdo) kalah dalam kasus ini, " ujar Fleming Rose, editor Jyllands-Posten yang pertama kali menerbitkan kartun Nabi Muhammad saw, dalam keterangan pers bersama dengan Philippe Val.

"Hal ini akan memutar kembali jam berpuluh-puluh tahun ke belakang, " sambungnya.

Sebagai bentuk solidaritas terhadap Charlie Hebdo, surat kabar Prancis Liberation kembali memuat kartun-kartun yang menghinakan Nabi Muhammad di edisi hari ini, Rabu (7/2).

"Bukan kata-kata yang melukai atau gambar-gambar yang akan membunuh. Tapi bom-bom, " tulis Liberation yang menyebut persidangan itu "idiot. "

Pada Selasa kemarin, Philippe Val dan Dalil Boubakeur dari Paris Grand Mosque dipertemukan di televisi dan berdebat soal batas-batas kebebasan berbicara.

Boubakeur mengatakan, kartun-kartun Nabi Muhammad saw, terutama dengan gambar bom di sorbannya, bukan semata-mata satir tapi sudah merupakan pelecehan terhadap semua umat Islam, karena menyamakan mereka dengan teroris.

Pekan kemarin, ia menyatakan akan menunjukkan dalam perdebatan itu bahwa menerbitkan gambar-gambar kartun Nabi Muhammad saw adalah tindakan provokasi bagi warga Muslim. Anggapan sama akan dilontarkan masyarakat Eropa, jika ada orang yang menolak Holocaust. (ln/aljz)