Kelompok Islam yang Dituduh 'Teroris' Lebih Berperan di Bencana Pakistan

Kelompok-kelompok bantuan amal Islam – beberapa diantaranya diduga terkait serta berhubungan dengan kelompok-kelompok perlawanan Islam – pada hari Senin kemarin (2/8) melakukan aksi kemanusiaan untuk memberikan bantuan bagi warga Pakistan yang terkena banjir terburuk dalam sejarah Pakistan, sembari mengkritik peran pemerintah atas respon lambat mereka terhadap bencana yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 1.100 orang.

Lembaga amal Islam yang melakukan aksi kemanusiaan diyakini memiliki hubungan dengan pejuang Taliban dan kelompok-kelompok Islam yang dituduh teroris, telah banyak berperan dalam setiap peristiwa bencana, seperti yang mereka lakukan setelah gempa bumi tahun 2005 di Kashmir yang menewaskan 75.000 orang.

Salman Shahid, juru bicara Falah-i-Insaniat Foundation (Yayasan Kesejahteraan Kemanusiaan), mengatakan kelompok amal Islam telah mendirikan 13 posko kemanusiaan dan enam kamp medis, dan meyediakan lusinan ambulans untuk memberikan pengobatan darurat. Beberapa kelompok Islam lain juga membantu dengan bantuan kemanusiaan.

Falah-i-Insaniat diyakini memiliki hubungan dengan lembaga amal Jamaat-ud-Dawa, yang oleh Dewan Keamanan PBB Desember lalu ,enjadi organisasi yang dilarang karena diduga terkait dengan Lashkar-e-Taiba (LET), kelompok yang dipersalahkan karena serangan 2008 di kota Mumbai India.

"Kami sangat banyak di sana. Kami satu-satunya kelompok yang menyediakan makanan yang dimasak kepada orang-orang terjebak banjir dan meletakkan makanan-makanan di pinggir jalan," kata Shahid kepada Reuters dari markas kelompok itu di Lahore. "Relawan kami banyak mengevakuasi orang-orang."

Palang Merah Internasional mengatakan sekitar 2,5 juta orang telah terkena banjir besar yang dibawa oleh curah hujan yang lebat.

"Menurut sumber-sumber resmi, banjir disebabkan oleh hujan lebat monsun ini telah membunuh lebih dari 1.100 orang di Pakistan dan mempengaruhi sampai 2,5 juta orang di seluruh negeri dalam seminggu terakhir," kata Komite Internasional Palang Merah.

Banjir menguji pemerintahan Pakistan yang sangat tergantung pada bantuan asing dan memiliki catatan buruk dalam manajemen krisis – apakah melawan gerilyawan Taliban atau mengurangi pemadaman listrik secara kronis.

"Kami telah kehilangan segalanya. Kami hanya berhasil menyelamatkan nyawa kami. Tidak ada yang datang menolong kami," kata Mihrajuddin Khan, seorang guru sekolah di Swat Valley. "Kami diperlakukan seperti anak yatim, dan seperti binatang."

Para penyelamat berjuang untuk mendistribusikan bantuan kepada puluhan ribu orang yang terjebak di daerah yang terendam banjir di mana jalanan dan jembatan hancur membuat akses yang sulit ke wilayah bencana.

Beberapa analis menyatakan keraguan bahwa kelompok-kelompok Islam dan sayap-sayap organisasi mereka bisa memanfaatkan bencana karena serangan tentara mereka telah melemah.

Pengamat yang lain mengatakan kamp-kamp bantuan kemanusiaan kelompok Islam bisa menjadi menetapkan preseden berbahaya.

"Sangat mungkin mereka akan mengeksploitasi vakumnya pemerintahan, setelah tragedi ini, untuk melakukan perekrutan," kata kolumnis Huma Yusuf.

Sebuah aksi serupa juga terjadi setelah gempa bumi Kashmir tahun 2005, ketika kelompok-kelompok pejuang Islam mendapatkan popularitas luar biasa atas upaya bantuan mereka kepada masyarakat yang tertimpa bencana. (fq/aby)