Kepresidenan Obama, Kekecewaan Rakyat Irak

Setahun yang lalu, Ibrahim Rabia adalah salah satu dari jutaan rakyat Irak yang merayakan terpilihnya Barack Obama sebagai presiden Amerika Serikat, dengan harapan dengan terpilihnya Obama akan dapat membantu meningkatkan kehidupan mereka di negara yang dilanda perang.

Beberapa hari sebelum ulang tahun pertama Obama menjabat sebagai presiden AS, penjaga toko di Baghdad ini tidak peduli.

"Bagaimana warga Irak bisa mengucapkan selamat ulang tahun pertama Obama berkuasa jika kehidupan mereka tidak membaik?" kata Rabia kepada IslamOnline.net dalam nada sarkastik.

Ketika Obama terpilih, banyak orang Irak berpikir hari-hari gelap dari pemerintahan George W. Bush akan menjadi bagian dari sejarah.

Mereka pikir Irak akan menjadi prioritas internasional pertama Obama karena kondisi kehidupan rakyatnya yang kacau dan sangat serius.

"Irak cemas menunggu tindakan nyatanya," catat Rabia.

"Mereka tidak membawa manfaat kepada orang miskin, tetapi hanya untuk mereka yang memegang kontrak minyak dan rekonstruksi di tangan mereka."

Haki, seorang yang peduli terhadap keluarga-keluarga pengungsi di pinggiran Baghdad, berpikiran sama, dirinya juga tidak puas dengan kenyataan ini.

"Irak bermimpi tentang kemungkinan adanya perubahan dalam kehiduoan mereka, tetapi satu tahun berlalu dan tidak ada yang berubah."

Hampir tujuh tahun setelah invasi AS, lebih dari 4,5 juta warga Irak masih hidup sebagai pengungsi.

Walaupun semua upaya dilakukan untuk mengatasi masalah itu, kelompok-kelompok bantuan mengatakan bahwa tanpa dukungan internasional, terutama dari dana rekonstruksi, masalah akan tetap hidup di tengah rakyat Irak.

Lebih dari 60 persen anak-anak tidak bisa bersekolah.

Sistem kesehatan beroperasi dengan 40 persen dari kapasitasnya, dan hanya 30 persen keluarga memiliki akses ke air bersih dan 18 jam penerangan listrik.

"Irak membutuhkan investasi, uang, makanan serta kepedulian dan saya tidak berpikir Obama akan melakukan sesuatu untuk membantu hal itu," kata Abbas Khalil, seorang profesor politik di Universitas Mustasiryah.

Bagi banyak warga Irak, yang paling mengecewakan di antara janji-janji Obama adalah janjinya untuk mengakhiri perang.

"Irak berharap bahwa akan adanya sebuah wajah baru yang menentang perang yang dijalankan oleh Bush – yang akan mengubah hidup mereka," kata Abdel-Wahaab Haki, seorang pekerja bantuan di Baghdad.

"Tapi harapan ini tampaknya akan tertunda."

Selama kampanye kepresidenan Obama berjanji untuk menarik pasukan AS dari negara Arab yang telah porak-poranda oleh perang ini.

"Saya menentang perang ini tahun 2002 …. saya telah melawan itu pada tahun 2002, 2003, 2004, 5, 6, 7, 8," katanya pada Maret 2008.

"Saya akan membawa perang ini berakhir pada tahun 2009. Jadi jangan bingung dan khawatir."

Menurut analis politik, Obama tampaknya mungkir dari kebanyakan janji-janji yang dibuatnya di Irak.

"Obama telah membuat jelas bahwa para pejabat AS lah yang bertanggung jawab atas perang ilegal yang terjadi di Irak serta penyiksaan, pembunuhan dan penahanan ilegal yang tidak akan dituntut," kata Bilal Muhammad, seorang analis politik dan profesor di Universitas Baghdad.

"Kami mengharapkan keadilan ketika Obama berkuasa. Tapi kelihatannya dia telah mengubah niatnya, mungkin didasarkan pada implikasi akan adanya biaya keuangan dan biaya sosial yang harus dikeluarkan."

Muhammad menegaskan bahwa Obama juga gagal untuk mengakhiri budaya korupsi di pemerintahan Irak.

"Saya tidak berpikir apa yang diharapkan Irak dari Obama ketika ia mendapat dukungan dari mayoritas warga AS."

Bagi Rabia, pemilik toko di Baghdad, Obama mungkin telah setahun berkuasa, namun warga Irak tidak lagi berharap akan apa yang Obama dapat lakukan untuk membantu mereka.

"Masyarakat Irak ingin diperhatikan kondisi kehidupan mereka, dan Obama selama tidak banyak membantu dalam masalah ini, janjinya hanya omong kosong."(fq/iol)