Lagi, Serangan NATO Tewaskan Warga Sipil Afghanistan

Tuduhan bahwa pasukan NATO kerap melakukan serangan yang menimbulkan korban di kalangan warga sipil terbukti. Beberapa jam setelah militer AS minta maaf atas pembunuhan terhadap warga sipil Afghan yang terjadi pada bulan Maret kemarin, NATO melakukan serangan ke selatan provinsi Helmand dan mengakibatkan jatuhnya korban tewas di kalangan warga sipil.

Gubernur provinsi Helmand Assadullah Wafa mengungkapkan, sedikitnya 21 warga sipil termasuk kaum perempuan dan anak-anak, tewas akibat serangan NATO itu. Namun sejumlah saksi mata menyatakan bahwa korban tewas mencapai 40 sampai 60 orang.

Menurut Wafa, korban berjatuhan ketika pesawat-pesawat perang menggempur sebuah desa di distrik Sangin di provinsi itu, Selasa (8/5) tengah malam. Wafa segera mengirim tim ke lokasi kejadian untuk mengetahui apa yang terjadi.

Di selatan provinsi Helmand, ada dua kekuatan militer yang beroperasi, pasukan AS dan pasukan bantuan keamanan internasional NATO. Namun diduga serangan-serangan itu dilakukan NATO.

Jumlah warga sipil Afghanistan, termasuk anak-anak dan perempuan yang menjadi korban kekerasan pasukan asing, terus meningkat. Mereka bukan hanya menjadi korban serangan tapi juga korban penembakan di pos-pos penjagaan pasukan asing.

Pekan kemarin, sekitar 49 warga sipil terbunuh dalam serangan yang dilakukan pasukan asing ke desa Zerkoh, 120 kilometer selatan Kota Herat.

Permohonan Maaf

Beberapa jam sebelum serangan ke provinsi Helmand terjadi, komandan pasukan AS Kolonel John Nicholson menyampaikan permohonan maaf dan "rasa malu yang mendalam" atas kasus pembunhan warga sipil oleh pasukannya pada bulan Maret kemarin.

"Saya berdiri di hadapan anda hari ini, merasa sangat malu dan sangat menyesal bahwa orang-orang Amerika telah membunuh dan melukai warga sipil Afghanistan yang tak berdosa, " katanya.

Nicholson juga mengatakan bahwa peristiwa itu telah menodai kehormatan Amerika dan kenangan terhadap banyak warga AS yang tewas dalam membela Afghanistan dan rakyatnya.

Dalam peristiwa bulan Maret itu, sedikitnya 19 orang dalam satu keluarga tewas dan 50 orang lainnya luka-luka ketika pasukan AS menembaki warga sipil di provinsi Nangarhar, setelah terjadi ledakan bom mobil.

AS menarik unit marinirnya yang terlibat, dua pekan setelah peristiwa itu dan militer AS memberikan uang duka sebesar 2. 000 dollar bagi para keluarga korban.

Para analis berpendapat, serangan tanpa membedakan mana rakyat sipil dan mana musuh, bisa menyebabkan warga sipil Afghan berbalik melawan pasukan asing dan akan melemahkan dukungan publik pada pemerintahan Presiden Hamid Karzai. (ln/iol/aljz-pics)