Media AS: Pasca Peristiwa 9/11 Komunitas Intelijen Menjamur di Amerika

Peristiwa 11 September 2001 menjadi awal dimulainya pembentukan komunitas intelijen yang lebih luas di Amerika Serikat dengan tidak ada cara untuk mencegah pertumbuhan komunitas intelijen yang semakin menjamur.

Setelah dua tahun investigasi, The Washington Post sampai pada kesimpulan pada hari Senin kemarin (19/7) bahwa sejak tahun 2001, birokrasi telah berubah menjadi "begitu berat dan sangat rahasia yang tak seorang pun tahu berapa banyak harga yang harus dikeluarkan, berapa banyak orang yang menggunakan, berapa banyak program ada di dalamnya atau justru berapa banyak lembaga melakukan pekerjaan yang sama."

Surat kabar itu mengatakan hasil temuan menyebutkan ada sekitar 1.271 organisasi pemerintah dan 1.931 perusahaan swasta yang terlibat dalam program yang berhubungan dengan kontraterorisme, dan mereka bersama-sama menduduki kompleks 33 bangunan yang sudah dibangun atau dalam proses pembangunan.

Ruang gedung itu bisa menerima hampir tiga Pentagon atau 22 bangunan Capitol bangunan, katanya.

"Ada begitu banyak pertumbuhan komunitas intelijen sejak 9 / 11 – tidak hanya untuk DNI [Direktur Intelijen Nasional], tapi juga untuk setiap individu, untuk direktur CIA, untuk sekretaris pertahanan – dan hal itu merupakan suatu tantangan," kata Sekretaris Pertahanan Robert Gates mengatakan kepada Washington Post.

Penyelidikan juga menyebut adanya redundansi raksasa dan ‘limbah’ yang dihasilkan oleh birokrasi yang sangat besar.

Menurut laporan, Amerika Serikat memimpin keamanan dalam negeri dan menjalankan program-program intelijen dari sekitar 10.000 lokasi di seluruh negeri.

Untuk sementara ini, Washington sendiri menggunakan 51 perintah federal dan militer yang terletak di 15 kota AS untuk melacak pengiriman uang oleh jaringan yang mereka anggap teroris.

Berbagai lembaga yang terlibat dalam pekerjaan itu menghasilkan sebuah laporan intelijen sebanyak 50.000 laporan per tahun, "banyak" yang "secara rutin diabaikan," kata Washington Post.

Washington Post menuduh bahwa gerakan al-Qaidah telah melakukan serangkaian serangan terkoordinasi di wilayah AS pada bulan September 2001.

Serangan itu memberikan AS dan sekutunya alasan untuk mengirim pasukan ke Afghanistan, di mana mereka mengklaim adanya kaitan Taliban dengan al-Qaidah pada waktu itu.

Perang global yang disebut "war on terorism" sejauh ini telah menghabiskan biaya pembayar pajak miliaran dolar Amerika.(fq/prtv)