Mesir Negeri yang Unik (6)

Panggilan-panggilan Istimewa

Pada Mesir Negeri yang Unik 6 ini, penulis ingin bercerita tentang sebuah keunikan yang mungkin jarang ditemukan di negeri selain Mesir. Keunikan tentang nama-nama panggilan. Fenomena ini penulis anggap unik, karena orang Mesir memiliki ciri khas dalam memanggil sesama mereka.

Di negara kita, panggilan-panggilan untuk orang lain tidak begitu variatif, seperti "Pak", "Mas", "Bang", dll. Dan panggilan-panggilan ini juga tidak memiliki makna mendalam, tapi hanya sekedar sapaan penghormatan. Berbeda dengan di Mesir, panggilan-panggilan untuk orang lain sangat variatif dan beragam. Sejauh pengamatan penulis, panggilan-panggilan itu rata-rata mengandung makna yang baik dan unik.

Tentu dalam tulisan ini penulis tidak ingin bercerita tentang panggilan-panggilan buruk yang di gunakan oleh orang Mesir. Sebab panggilan-panggilan buruk penulis rasa ada di setiap negeri. Namun panggilan-panggilan kebaikan dengan makna yang baik dan unik, jarang ditemukan di negara-negara lain.

Ketika penulis mengikuti sebuah mata kuliah di Univ. Al-Azhar, ada suatu fenomena menarik yang penulis dengarkan. Walaupun sebenarnya fenomena itu biasa bagi orang Mesir. Ketika itu Dosen kami berkata sambil bercanda, “Apakah anda marah pada saya? Kalau anda marah bershalawatlah kepada Nabi Saw!” Serentak para mahasiswa mengatakan “‘Alaihishshalâtu wassalâm (Semoga shalawat dan salam tercurah kepada beliau).” Orang Mesir memang sangat mencintai Rasulullah Saw. Sampai ketika marah sekalipun, mereka akan sadar jika disuruh bershalawat kepada Nabi Saw. Kalau disebutkan kepada mereka nama Nabi Muhammad Saw., mereka akan segera bershalawat. Selain karena cinta kepada Nabi Saw., mungkin sebuah alasan lain. Rasulullah Saw. pernah bersabda, bahwa orang Muslim yang paling pelit adalah orang yang jika disebutkan kepadanya nama Rasulullah Saw, ia tidak bershalawat kepada beliau.

Di antara bukti kecintaan mereka terhadap Rasulullah Saw. juga adalah, mereka sangat senang menamakan anak mereka dengan nama Rasulullah Saw. Ahmad, Muhammad, Mahmûd dsb. Nama Muhammad, Ahmad dan Mahmud dalah nama-nama yang paling laris dan sangat banyak di Mesir. Hampir semua orang Mesir yang muslim menamakan anaknya dengan Ahmad atau Muhammad atau Mahmud. Presiden yang sekarang pun namanya Muhammad Housni Mubarak. Dan perdana menterinya juga bernama Ahmad Abul Gheith.

Bahkan tidak jarang anda temukan orang yang namanya, Ahmad Muhammad Mahmûd, dan itu nama untuk satu orang. Atau Muhammad Muhammad Mahmûd, atau Ahmad Ahmad Muhammad, dst.. Mungkin sebagian orang menganggapnya lucu. Tetapi memang begitulah adanya. Mereka bangga dengan nama-nama seperti itu.

Hal ini mungkin juga karena mereka mengetahui ada sebuah perkataan masyhur yang sering disematkan pada Rasulullah Saw., yaitu “Khairul asmâ’ mâ `ubbida wa hummida,” Sebaik-baik nama adalah yang mengandung kata `abd dan hamd. (‘Abd seperti: Abdullah, Abdurrahmân dan hamd seperti Ahmad, Mahmûd, Muhammad dsb.).

Selain sebagai nama, kata Muhammad, Ahmad dan Mahmûd juga merupakan nama panggilan. Ketika mereka memanggil seseorang yang belum diketahui namanya, maka mereka panggilnya dengan, "wahai Ahmad", "wahai Mahmud", atau "wahai Muhammad".

Selain nama dan panggilan di atas, orang Mesir dikenal dengan tradisi Mujâmalah. Mujâmalah artinya kata-kata indah yang diberikan oleh seseorang untuk menyenangkan hati lawan bicaranya. Biasanya berbentuk sanjungan, pujian atau terkadang doa. Mujâmalah berupa doa biasanya mereka lakukan ketika saling bertemu. Ketika itu mereka berpelukan, dan sebelum mulai pembicaraan mereka akan ber-mujâmalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan tentang kesehatan, keadaan dan doa-doa keberkahan.

Tradisi mujâmalah ini juga yang sepertinya menjadikan mereka terbiasa saling memanggil dengan panggilan-panggilan yang beraneka ragam. Di antara panggilan tersebut adalah:

Ustâdz. Panggilan ini mungkin sering kita dengar di Indonesia. Kita tujukan untuk orang-orang yang memiliki ilmu agama yang bagus. Sebenarnya kata ustâdz juga memiliki makna lain yaitu Profesor atau orang yang sangat ahli dalam satu bidang ilmu. Dan orang-orang Mesir sering saling memanggil dengan kata ustâdz ini.

Panggilan yang laing juga adalah Mu`allim. Mu`allim berarti guru. Orang Mesir juga sering memanggil kawannya dengan kata-kata Mu`allim ini. Terkadang mereka menggunakan Ustadz, Mu`allim dan Rayis (ketua atau pemimpin) kepada sopir bis, kondektur, dan orang-orang yang mereka tidak kenal. Walaupun mungkin hal itu biasa bagi mereka, tetapi sebenarnya panggilan tersebut memiliki makna yang baik.

Kepada sesama teman mereka saling memanggil dengan Prience (pangeran) dari bahasa Inggris. Adapun dalam bahasa Arabnya, mereka mengatakan yâ Amîr, yang artinya kurang lebih sama dengan Prience tersebut.

Selain itu mereka juga sering saling memanggil dengan kata yâ Habîbi (Wahai orang yang kusayang). Terkadang juga mengatakan yâ `Arîsy (wahai pengantin). Panggilan Habîbî juga digunakan untuk memanggil anak, adik, dan orang-orang yang dicintai. Kalau mereka memanggil orang yang lebih tua dan tidak dikenal biasanya mereka mengatakan, yâ `Amm (wahai paman; saudara ayah), Khâl (paman; saudara ibu), Hâgg (orang yang sudah haji) `Ammil Hâgg, (paman yang sudah haji).

Kalau seseorang terlihat berwibawa, mereka memanggilnya, yâ Bâsya (wahai bangsawan), Sayyid (tuan), Rayis (pemimpin), Za`îm (ketua/pembesar) Bas Muhandis atau Handasah (insinyur), Kaptein (kapten).

Sittil Kull panggilan untuk perempuan yang dihormati, berasal dari kata sayyidah lil kulli atau lil jamî`, yang berarti perempuan pemimpin kita semua. Kepada para pemuda, mereka akan mengatakan, yâ Syabâb (wahai para pemuda). Kalau kepada orang banyak, mereka mengatakan, yâ Gamâ`ah (wahai para jamaah). Ya Reggalah (wahai para laki-laki) digunakan seperti sama dengan ya Gama’ah. Adapun Yâ Râgil (wahai laki-laki) digunakan ketika melihat seorang yang melakukan sesuatu yang dianggap aneh.

Kepada anak kecil laki-laki mereka memanggilnya Yabnî dan kepada anak kecil perempuan mereka memanggilnya yâ Bintî, walaupun yang memanggil bukan ayah dari anak itu.

Selain itu, mereka juga sering memanggil orang lain dengan yâ Ged`ân atau yâ Geda` yang artinya, wahai yang cerdas. Ada juga yâ Ghâlî yang berarti, wahai yang mahal. Kepada para dosen atau guru, mereka memanggilnya dengan yâ Duktûr (Wahai Doktor) atau, yâ Maulâna (wahai tuan kami) atau yâ Syaikhanâ (wahai syaikh kami).

Demikianlah bahwa, mereka saling memanggil dengan ungkapan-ungkapan yang tinggi maknanya. Mungkin hal itu juga salah satu yang membuat mereka saling mencintai dan suka tolong-menolong satu sama lain. Mudah-mudahan kita bisa memanggil orang-orang yang kita cintai dengan panggilan-panggilan yang indah, sehingga kecintaan tersebut tumbuh dan bersemai di dalam hati kita. Wallâhu a’lam. (sn/lha)