Militer Ambil Alih Kekuasaan Pemerintah Thailand, Tidak Ada Korban Jiwa

Militer Thailand berhasil menguasai ibukota, Bangkok, dan mendeklarasikan situasi perang serta mencabut dekrit keadaan darurat yang dikeluarkan PM Thailand Thaksin Shinawatra dari New York, AS. Sebelumnya, pasukan militer dengan menggunakan tank-tank dan senjata berat, berhasil mengambil alih kantor Thaksin di Bangkok Tengah.

Komandan Militer Thailand, Letnan Jenderal Sonthi Boonyaratglin yang memimpin ‘kudeta’ tak berdarah itu dalam pernyataannya yang dibacakan melalui saluran televisi di Thailand mengatakan, kontrol pemerintah kini diambil alih sebuah dewan bernama Dewan Reformasi Politik. Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa pasukan militer dan kepolisian telah membentuk sebuah komisi yang akan memutuskan sebuah reformasi politik.

Pengambilalihan pemerintahan di Thailand ini, menjadi puncak krisis politik berkepanjangan di negeri Gajah Putih itu. PM Thaksin dianggap tidak demokratis dan dituding melakukan korupsi.

Mantan deputi perdana menteri Weerasak Kohsurat mengungkapkan keyakinannya bahwa penasehat pemerintah Sumate Tantivejakul akan mengetuai komisi reformasi itu dan sebuah pemerintahan sementara akan dibentuk. Selanjutnya, pemilu akan digelar dan Thaksin tetap diizinkan untuk ikut pemilu.

Thailand, seharusnya akan menggelar pemilu pada bulan Oktober mendatang. Namun minggu lalu, jadwal pemilu itu ditunda kemungkinan sampai November.

Militer Thailand tidak menghadapi kendala apapun dalam pengambilalihan itu. Seorang saksi mata menceritakan, di dalam gedung pemerintahan, sekitar 50 tentara memerintahkan aparat kepolisian untuk meletakkan senjatanya. Tidak ada perlawanan.

Juru bicara militer dalam siaran di televisi mengatakan, "Komandan militer dan kepolisian nasional berhasil mengambil alih kontrol di Bangkok dan sekitarnya dengan sukses, demi menjaga perdamaian dan keamanan."

"Tidak ada pelawanan. Kami meminta kerjasama masyarakat dan minta maaf atas ketidaknyamanan ini," sambungnya.

Pengambilalihan kontrol pemerintah oleh militer ini, merupakan peristiwa kedua setelah kudeta di Thailand 15 tahun yang lalu.

Thaksin Tetap Tenang

Meski sudah dikudeta oleh militernya sendiri, PM Thaksin yang kini sedang berada di New York dan tinggal di sebuah hotel bersama beberapa penasehatnya, dikabarkan tetap tenang.

"Perdana Menteri Thailand tetap tenang," kata seorang pejabatnya yang namanya minta dirahasiakan.

"Dia menyaksikan Presiden George W. Bush bicara di Dewan Umum PBB dari kamar hotelnya. Dia merasa sebagai perdana menteri terpilih dan ia akan mempertahankan konstitusi negaranya," sambung pejabat tadi.

Sebelumnya, Thaksin menghubungi sebuah stasiun televisi agar ia bisa menyampaikan pernyataannya dari New York, di mana ia sedang menghadiri pertemuan tingkat tinggi PBB.

Ia mendeklarasikan situasi darurat bagi negaranya dan memerintahkan pasukan militer untuk tidak ‘melakukan tindakan ilegal’ serta memerintahkan Sonthi memberikan laporang pada pajabat perdana menteri Chidchai Vanasatidya. Tapi baru 10 menit ia bicara, transmisi televisi itu mati.

Siapa Jenderal Sonthi?

Jenderal Sonthi adalah seorang Muslim Thailand dan ditunjuk sebagai kepala militer negara Gajah Putih itu pada September 2005. Penunjukkan seorang Muslim sebagai kepala militer, baru pertamakalinya dilakukan di negara yang mayoritas penduduknya beragama Budha.

Sejak terpilih, Jenderal Sonthi menyatakan akan melakukan pendekatan yang lebih lunak untuk menangani konflik di Thailand Selatan. Ia meyakini, operasi militer harus diubah dari pertempuran menjadi operasi yang lebih difokuskan pada kerja intelejen dan psikologis.

"Saya lebih suka menggunakan mulut dan bernegosiasi daripada senjata untuk melawan para pemberontak," katanya. (ln/aljz/iol)