Musim Panas 2007, Perang Diprediksi Akan Membara di Timur Tengah

Jika musim panas 2006 Timur Tengah menggelegak karena panasnya peperangan Israel atas Libanon, maka musim panas 2007 pun Timur Tengah bakal meletup kepanasan akibat sejumlah peperangan yang bakal terjadi.

Menurut sejumlah pakar strategi di Timur Tengah, situasi panas yang membakar itu akan terjadi sekitar tiga bulan mendatang.Salah satu pemicunya saat ini, menurut mereka adalah masalah nuklir Iran.

Menurut pegamat politik Palestina Aeman Yusuf, Iran kini menjadi fokus perhatian yang dianggap gagal oleh Barat, utamanya Amerika dan Israel. “Latihan perang Israel dan Amerika secara bersamaan di padang An-Naqb menunjukkan secara jelas ambisi militer kedua negara atas Iran, ” ujarnya.

Ia menambahkan kemungkinan perang atas Iran semakin dekat dengan datangnya musim panas mendatang. “Jika AS dan Israel tak bisa menyerang Iran dalam tiga bulan mendatang, jelas operasi militer itu akan semakin sulit dilakukan pada musim dingin. Karena permintaan minyak dunia, khususnya Iran, juga akan bertambah besar sehingga peperangan bakal mempengaruhi arus ekonomi minyak dunia, ” tambahnya.

Namun pengamat strategi Jawad Hamd berbeda pandangan. Ia malah melihat serangan AS dan Israel atas Iran tidak terjadi dalam waktu dekat karena masih banyak faktor yang terkait dalam masalah nuklir Iran. "Dialog Iran dan AS, dengan target penguasaan AS di Irak.Di sisi lain, peperangan juga tidak terjadi terkait krisis nuklir Korea Utara. Krisis nuklir dengan Korea Utara akan selesai ketika AS mencabut ancamannya untuk menyerang Pyong Yang, ” katanya.

Untuk wilayah Irak, sejumlah pengamat memandang konflik antar etnik masih akan terus terjadi dan akan semakin parah. Menurut Rajae Faed, peneliti khusus masalah Irak di Lembaga Kajian Politik Al-Ahram, tidak lama lagi pemerintahan Nori Maliki akan ambruk. “Peta dukungan politik terhadap pemerintah yang semakin berkurang akan menyebabkan fondasi pemerintahan Irak mudah goyah, ” katanya.

Seperti diketahui, Front Kesepakatan Suni Irak telah menarik dukungannya atas pemerintah Maliki. Mereka bahkan mengancam akan mengubah pola perjuangannya dari pola politik pada pola perlawanan senjata. Hal itu dilakukan karena disingkirkannya ketua parlemen yang sekaligus anggota mereka. Di sisi lain, ada pula informasi yang menyebutkan upaya penyingkiran Asad Hashemi yang juga merupakan anggota Front Kesepakatan Irak dan Menteri Kebudayaan.

Wilayah lain yang akan memanas di Timur Tengah adalah Palestina. Menurut Aeman Yusuf, pengepungan atas Hamas, setelah Hamas berhasil membebaskan wartawan Inggris Alan Johnston, tidak akan berubah. Presiden Palestina, diduga kuat tidak akan mengubah sikapnya terhadap Hamas. Di sisi lain, Israel akan terus menggerus Hamas di Ghaza melalui rangkaian operasi militernya. Aksi militer Israel itu, menurutnya, “Untuk memotong kekuatan Hamas, bila akhirnya Israel benar-benar memutuskan akan melakukan perang terhadap Iran atau Libanon. ”

Ia memandang kekeliruan Hamas ketika menampilkan kekuatannya beberapa waktu lalu saat menguasai Ghaza. Israel akan menggunakan hal itu sebagai dalih yang dianggap semakin kuat untuk memukul Hamas. Sementara pemerintah Palestina pimpinan Abbas juga mendukung hal yang sama.

Kondisi Afghanistan juga diperkirakan akan semakin panas dalam beberapa waktu ke depan. Pengamat politik Afghan Muthi’ullah Taeb mengatakan, musim panas ini akan menyaksikan aksi militer yang tinggi antara dua belah pihak, Thaliban dan NATO. “Wilayah perang akan berlanjut dan semakin luas. Thaliban menguasai sejumlah wilayah di Selatan dan Timur. Sedangkan NATO akan terus melakukan serangan udaranya, ” katanya.

Thaliban sendiri telah mengancam, bahwa musim panas ini aksi-aksi serangannya akan semakin meningkat terhadap pasukan asing. (na-str/iol)