Orang Nomor 2 Al-Qaidah Kecam Pelarangan Cadar di Perancis

Orang nomor dua dalam gerakan Al-Qaidah, Syaikh Ayman al-Zawahiri mengecam langkah Perancis untuk melarang cadar, dan mengatakan bahwa wanita muslim harus berpegang teguh pada cadar yang mereka kenakan meskipun ada tekanan, pernyataan ini berasal dari rekaman audio yang diposting secara online pada Selasa kemarin (27/7).

"Di Prancis, pelopor sekularisme, secara terang-terangan dan tak tahu malu menyatakan perang pada jilbab dan niqab ," katanya dalam rekaman itu yang diposting di sebuah situs Islam.

"Apa yang dilakukan Perancis, yang tersebar di Eropa dan Barat, seharusnya mendorong kita untuk berpegang pada agama kita yang benar dalam menghadapi ideologi menyimpang mereka," katanya dalam pesan yang keasliannya belum dapat bisa diverifikasi.

"Kepada saudari muslimahku, berpeganglah pada hijab Anda, bahkan jika itu akan mengorbankan uang, pendidikan dan pekerjaan anda. Anda adalah mujahidah di medan perang yang paling penting," katanya.

Undang-undang untuk melarang cadar, yang disahkan oleh anggota parlemen Prancis, mengungkapkan bahwa kebebasan di Barat terbatas pada "melawan Islam … dan menghina Nabi, sementara mereka melarang menyentuh apapun terkait anti-Semitisme, atau mempertanyakan Holocaust Nazi ," katanya menegaskan.

"Perancis tidak dapat menghapus penutup kepala seorang biarawati, tetapi agresif terhadap setiap wanita Muslim yang mengenakan niqab, dan setiap pelajar muslim yang menutupi kepalanya," katanya.

"Eropa mengungkapkan wajah asli nya, mengatakan bahwa semua Muslim (Eropa) dengan kewarganegaraan yang mereka diperoleh … tidak memberikan mereka kebebasan dan perdamaian seperti yang mereka bayangkan," kata Zawahiri.

Perancis adalah rumah bagi komunitas Muslim terbesar di Eropa. Negara-negara Eropa lain, termasuk Belgia dan Spanyol, telah menerapkan UU yang mirip dengan hukum Perancis untuk melarang cadar di tempat umum.

Zawahiri muncul kembali pekan lalu dalam pesan audio di mana ia mengecam para pemimpin Arab sebagai antek Zionis dan mengejek klaim Presiden AS Barack Obama bahwa Taliban tidak akan pernah kembali berkuasa di Afghanistan.

Itu adalah rekaman pertama dirinya sejak Desember lalu.

Dalam rekaman terbaru, Zawahiri juga mengejek ulama Yaman yang memperingatkan pada Januari lalu yang menyerukan jihad jika pasukan asing bergabung dengan perang melawan al-Qaeda di Yaman, dan mengklaim bahwa rudal AS telah memukul Al-Qaidah di selatan Yaman.

Dia merujuk pada serangan terhadap al-Qaidah pada tanggal 17 Desember, termasuk serangan terhadap sebuah kamp pelatihan yang diduga berada di Abyan, di mana pemerintah Yaman mengatakan 34 tersangka al-Qaidah tewas.

"Sayangnya, ulama ini tidak memiliki keberanian, malah organisasi Human Rights Watch yang mengatakan dalam laporannya awal Juni lalu bahwa rudal Tomahawk AS, berkepala bom cluster, digunakan dalam serangan di Abyan," tegasnya.

"Ini adalah fakta diketahui bahwa rudal tersebut dibimbing dari ruang kontrol di Amerika Serikat," tambahnya.

"Apa lagi yang mereka butuhkan untuk melihat agar menyerukan jihad? Apakah mereka menunggu peluru kendali turun seperti hujan pada mereka untuk kemudian menyadari bahwa Amerika telah campur tangan? Atau apakah mereka menunggu untuk melihat tentara Amerika berkeliling Sana’a dengan tank mereka??" serunya.

Dia juga menuduh Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh menjadi siap untuk "melakukan apa saja untuk menyenangkan Amerika."

Zawahiri juga mendesak Turki untuk berperan sebagai pelindung Islam karena Turki terkenal sebagai kekhalifahan Utsmani , dan memaksa pemerintah Turki untuk meninggalkan hubungan dengan Israel dan menarik pasukannya dari pasukan koalisi di Afghanistan.

"Orang-orang Turki harus memikul tanggung jawab dalam memaksa pemerintah mereka untuk menghentikan pengakuan mereka terhadap Israel yang telah menduduki tanah Palestina, dan (berhenti) mengambil bagian dengan Tentara Salib dalam membunuh Muslim di Afghanistan," katanya.

Dia juga mengatakan peran Turki dalam mendukung Palestina tidak boleh dibatasi hanya untuk mengirimkan kapal bantuan ke Jalur Gaza, mengacu pada armada bantuan Turki yang yang terkena serangan mematikan oleh pasukan komando Israel pada 31 Mei lalu.

"Kekhalifahan Utsmani adalah pembela Muslim dan tanah Palestina selama lima abad. Peranan orang-orang Muslim Turki dalam membela umat Islam tidak dapat menyusut hanya dengan mengirimkan beberapa kapal bantuan ke Gaza," katanya.(fq/aby)