Pakar: Presiden Bush Tidak Paham Sejarah

Para pakar sejarah langsung berkomentar ketika Presiden AS George W. Bush menyamakan perangnya di Irak dengan perang AS di Vietnam. Mereka mengatakan bahwa Bush sudah memutarbalikkan fakta sejarah. Perang AS di Vietnam, menurut mereka, tidak sama dengan perang Bush dengan dalih "perang melawan terorisme" di Irak.

Presiden Bush hari Rabu kemarin menyatakan bahwa "para teroris" yang mengobarkan perang di Irak sama dengan pasukan komunis di Korea dan Vietnam serta pasukan penjajah Jepang. Ia mengingatkan, jika AS mundur dari Irak akan memicu pertumpahan darah seperti yang terjadi saat militer AS mundur dari Vietnam.

Sejarawan Robert Dallek mengatakan, pernyataan Bush yang mengatakan bahwa AS kurang kerja keras dalam peperangan di Irak dan pasukan AS harus lebih lama berada di Irak, adalah pernyataan yang menyesatkan.

"Tidak masuk akal. Pernyataan itu menyesatkan, " kata Dallek seperti dilansir situs al-Arabiya.

Pada surat kabar Los Angeles Times ia berujar, "Kita (AS) berada di Vietnam selama 10 tahun. Menjatuhkan lebih banyak bom di Vietnam dibandingkan yang pernah kita lakukan sepanjang perang dunia II. Kita kehilangan 58. 700 tentara, jumlah kematian tentara terbesar kedua dalam sejarah konflik antar negara. Tapi kita tidak berhasil mendapatkan apa yang kita inginkan. "

"Sekarang, kita berada di Irak, lebih lama dari pertempuran yang kita alami pada saat Perang Dunia II. Bencana di Irak adalah konsekuensi dari masuknya kita ke Irak, bukan karena kita keluar dari Irak, " tandas Dallek.

Pakar lainnya yang mengkritik pernyataan Bush adalah Robert Hathaway. "Pemahaman saya tentang sejarah perang Vietnam dan pelajaran yang diambil dari perang itu sangat jauh berbeda dengan pemahaman Bush, " kata pakar wilayah Asia di Woodrow Wilson Center for Scholars yang berbasis di Washington itu.

Pada AFP Hathaway mengatakan, selama delapan tahun keterlibatan militer AS dan besarnya korban dari pihak militer AS dalam perang Vietnam, Washington masih belum mampu membuat rakyat Korea Selatan mendukung pemerintahannya yang justru dianggap korup dan tidak populer.

Menurut Hathaway, keruntuhan rejim Vietnam Selatan pada tahun 1975 bukan karena AS menarik mundur pasukannya dari wilayah itu. Tapi karena rakyat Korea Selatan dan militernya tidak peduli dengan pemerintah negara mereka untuk berjuang melawan militer AS.

Sementara itu, pensiunan Jenderal AS John Johns yang pernah bertugas di Irak, menilai pernyataan Bush tentang perang Vietnam hanya untuk mendukung keinginannya untuk tetap menempatkan pasukan AS di Irak.

"Yang saya pelajari di Perang Vietnam, pasukan AS tidak mampu melakukan strategi perlawanan terhadap operasi-operasi perlawanan kelompok pejuang. Makin lama AS berada Vietnam, kondisinya makin memburuk, " ujar Johns.

Hal serupa dilontarkan Dewan Hubungan Luar Negeri di Washington, Steve Simon. Menurutnya, kekerasan yang terjadi di Vietnam, bukan karena AS terlalu cepat meninggalkan Vietnam, tapi karena AS terlambat untuk segera meninggalkan negeri itu. (ln/alarby)