Parpol-parpol di Jerman Mulai Lirik Suara Pemilih Umat Islam

Partai-partai politik di Jerman secara perlahan-lahan mulai melirik potensi suara yang cukup besar dari umat Islam yang berada negara tersebut, mereka menyadari bahwa tingkat kelahiran warga Islam Jerman yang relatif lebih tinggi akan memberikan lebih banyak pengaruh politik umat Islam di masa depan.

"Kami memiliki proporsi yang terus meningkat bagi para pemilih dengan latar belakang imigran sehingga saat ini setiap pihak memiliki kepentingan menarik mereka," kata Soeren Link, yang mewakili Sosial Demokrat (SPD) di negara bagian Nordrhein-Westfalen, kepada Reuters pada Rabu kemarin (16/9).

Partai-partai utama di Duisburg, secara tradisional merupakan kubu SPD, menargetkan mendapat dukungan suara dari masyarakat Turki dengan menggelar acara promosi khusus dan dengan poster serta iklan dalam bahasa Turki.

"Kami terlalu lama mengabaikan pemilih dari kalangan imigran," catat Thomas Mahlberg, seorang anggota parlemen konservatif Kanselir Angela Merkel’s Kristen Demokrat (CDU).

Sekitar satu dari lima Jerman memiliki latar belakang imigran dan minoritas tunggal terbesar adalah imigran asal urki.

"Namun kami sudah terbangun sekarang dan mulai untuk menang melalui suara mereka," kata Mahlberg.

Tetapi pekerjaan ini tidaklah mudah.

Tidak hanya "Kristen" dalam nama mereka menjadi penghalang bagi banyak di Muslim Jerman yang berjumlah sekitar 4 juta untuk memilih, tetapi juga para pemilih tradisional Merkel bersikeras menara masjid seharusnya tidak lebih tinggi dari menara gereja.

Banyak umat Islam juga telah menunda menjatuhkan ilihan oleh retorika partai konservatif, terutama tahun lalu kampanye yang dilakukan oleh CDU Hesse negara bagian Roland Koch.

Jajak pendapat baru-baru ini yang dilakukan oleh DATA 4U menunjukkan 55,5 persen dari warga Jerman dengan latar belakang Turki akan memilih SPD, 23,3 untuk partai Hijau dan hanya 10,1 persen untuk CDU.

"Meskipun berbasis agama, pandangan konservatif, Jerman dengan pemilih berakar Turki lebih memilih SPD dan partai Hijau di jajak pendapat karena kebijakan integrasi mereka," catat Joachim Schulte, pimpinan dari Data 4U.

Ikatan panjang SPD dengan persatuan buruh juga memainkan peran sejak banyaknya imigran Turki yang datang ke Jerman Barat pada 1950-an dan 1960-an dan menyumbangkan sebuah ledakan ekonomi yang bekerja di pabrik dengan serikat pekerja.

Terasing

Namun banyak muslim Jerman merasa dilupakan dan cenderung berpikir dua kali untuk memberikan suara dalam pemilihan bulan ini.

"Saya tidak punya pekerjaan, juga teman-temanku," kata Ismet Akgul, 19, berdiri dengan teman-temannyadi luar tempat hiburan di Duisburg’s Marxloh pinggiran kota.

"Para politikus tidak peduli dengan kami," keluhnya.

"Apabila perusahaan melihat nama asing pada formulir aplikasi dan mereka akan segera membuang surat lamaran kerja kami ke tempat sampah."

Sekitar 60 persen dari penduduk di daerah pinggiran telah Marxloh merupakan migran, dalam banyak kasus merupakan imigran asal Turki.

Ada sekitar 16 persen, pengangguran di sini dan hampir dua kali lipat rata-rata pengangguran nasional.

"Saya khawatir tentang kesempatan kerja bagi putri saya dan itu buruk bagi semua orang," kata Lale Ceran, ibu dari anak berumur empat tahun.

"Anda tidak bisa memperlakukan imigran seperti pasien yang membutuhkan obat-obatan," kata Zuelfiye Kaykin, yang mengepalai pusat pertemuan di Masjid Merkez, yang merupakan masjid negara terbesar.

Mengenakan celana panjang terusan dan tidak berjilbab, ia mengatakan umat Islam perlu mengetahui mereka memiliki saham di masyarakat ini sebelum mereka akan menunjukkan ketertarikan pada politik.

"Ada sedikit motivasi untuk terlibat dalam politik agar kita dipandang sebagai anggota penuh dari keluarga besar negara Jerman."(fq/iol)