Partai Islam HAMAS Aljazair, Siap Bertarung di Pemilu Legislatif

Geliat gerakan Islam di kancah politik semakin mewarnai ragam pesta demokrasi di berbagai belahan dunia. Aljazair, yang pada bulan Mei akan menggelar pemilu legislatif mulai mengangkat kembali isu keterlibatan para aktifis Islam dalam peristiwa politik tersebut.

Abu Jara Sultani, pemimpin partai Harakah Mujtama’ Silmi (Gerakan Masyarakat Perdamaian yang kerap disingkat dengan HAMAS) di Al-Jazair menegaskan bahwa pihaknya akan ikut pemilu legislatif yang akan digelar pada 17 Mei mendatang. Moto partai Islam yang dikenal mempunyai citra positif di masyarakat Al-Jazair ini adalah “at taghyiir al-haadi” atau "perubahan secara diam-diam."

Sultani saat mengadakan pertemuan dengan para calon anggota parlemen dari partainya di ibukota Aljazair mengatakan, “Upaya pemilihan partai terhadap para calon anggota parlemen yang akan terjun dalam pemilu legislatif dilakukan secara bersih. Tradisi partai kami tak mengenal sikap protes yang mengundang percekcokan dan perpecahan. ” Maklum, sebagaimana terjadi lazimnya di partai-partai politik, di Aljazair pun partai-partai politik kerap mengalami konflik internal yang tajam menjelang pemilu. Tak satupun dari anggota kami yang melaporkan tekanan tertentu, dan bila mereka harus mengajukan kritik pun, umumnya tidak menyebut nama secara langsung, ” ujar Sultani.

Sultani berharap partainya bisa memberi imej positif dalam keterlibatan gerakan Islam di kancah politik hingga memberi hasil yang produktif bagi negara. Ia mengangkat contoh, tema-tema kampanye yang telah diangkat oleh Hamas Aljazair antara lain adalah ajakan untuk perdamaian, keadilan dan moderat. “Tak ada yang ditambahkan dari kami, tidak pula ada dikotomi antara Islam dan demokrasi. Kami adalah kalangan Islamis, yang democrat dan nasionalis, ” ujar Sultani.

Harakah Mujtama’ Silmi muncul pertama kali pada pemilu tahun 1997 di Aljazair. Ketika itu, sebagian kekuatan pemerintah berbasis partai National Rally for Democacy (NRD) atau Tajammu’ Alwathani Aldemokrati diduga meraup suara besar. Namun pada Pemilu Mei 1997 yang disebut banyak pengamat penuh kecurangan NRD berhasil meraih 159 kursi parlemen (41%). Sementara The Natiional Liberation Front (NLF atau Jabhah Tahrir Wathani, partai yang berkuasa hampir 30 tahun) berhasil meningkatkan suaranya menjadi 64 kursi (16%). Fenomena yang menarik pada Pemilu 1997 adalah tampilnya Harakah Mujtama’ Silmi (HAMAS) yang waktu itu dipimpin oleh Mahfudz Nahnah sebagai pemenang kedua dengan meraih 69 kursi (18%). Sebaliknya, partai berhaluan kiri, Socialist Forces Front (SFF) yang pada pemilu 1991 mendapat 25 kursi, pada pemilu 1997 anjlok dengan hanya mengantongi 3 kursi. Lagi-lagi pihak militer dan unsure kekuatan nasionalis sekuler bereaksi atas meningkatnya popularitas politik HAMAS.

Citra serbagai partai Islam yang moderat ternyata tidak menghalangi banyaknya pihak yang berupaya mengganjal HAMAS. Ketika kampanye pemilu untuk pemilihan kursi parlemen berlangsung sepanjang Mei 2002 lalu, sebagian besar pemgamat politik dan unsur masyarakat sangat yakin HAMAS akan meraih suara terbesar berdasarkan pada antusisme masyarakat menghadiri dan menyambut kampanye HAMAS.

Namun hasil perhitungan terakhir menunjukkan sebaliknya. NLF –partai penguasa lama yang terkonsolidasi kembali- meraih 199 dari 398 kursi (51%). Sementara NRD di posisi kedua dengan 48 kursi (12%), dan HAMAS di tempat keempat dengan hanya 38 kursi(10%). Partai kiri SFF bangkit kembali dengan meraih 21 kursi (5%). Banyak pihak meyakini telah terjadi kecurangan dan rekayasa untuk menjatuhkan HAMAS dan mengembalikan NLF yang anti Islam dan sangat pro-Barat itu ke tampuk kekuasaannya. (na-str/ikhol, plta)