PBB Bahas Rencana Pengerahan Pasukan Internasional ke Jalur Ghaza

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon menyatakan pihaknya sudah melakukan pembahasan awal bagi kemungkinan pengiriman pasukan internasional ke Jalur Ghaza, untuk meredam pertikaian antar faksi yang terjadi di wilayah itu.

Menurut Ban Ki-Moon pengiriman pasukan internasional itu sangat mungkin dilakukan. "Ini adalah ide yang perlu kita eksplorasi. Saya perlu mempertimbangkan lebih detil lagi dengan negara-negara terkait, " ujarnya, termasuk membahas mandatnya seperti apa dan di mana pasukan internasional itu akan ditempatkan.

Ban Ki-Moon juga mengungkapkan bahwa Presiden Palestina Mahmud Abbas sudah bicara padanya tentang ide tersebut melalui telepon pada hari Selasa (12/6). Begitu juga dengan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert.

Dulu, Israel selalu menolak keinginan Palestina akan ditempatkan pasukan perdamaian di Ghaza dan daerah pendudukan Tepi Barat. Alasan Israel, kehadiran pasukan perdamaian bisa mengganggu langkah-langkah pengamanan Israel.

Tapi pada Selasa kemarin, Olmert menyatakan "pertimbangan serius" harus dilakukan untuk mengerahkan pasukan internasional di Koridor Philadelphi, sepanjang perbatasan Ghaza dengan Mesir.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Javier Solana, Rabu kemarin, bahkan sudah menyatakan bahwa Uni Eropa akan mempertimbangkan untuk berpartisipasi dalam pengerahan pasukan internasional ke Ghaza.

"Jika kami diminta, tentu saja kami akan mempertimbangkan kemungkinan itu, " kata Solana pada para wartawan di Brussels.

Sementara itu seorang pejabat senior Israel mengatakan bahwa para pakar di pemerintahan Israel sedang mengkaji bagaimana seharusnya bentuk pasukan perdamaian itu dan apa saja mandatnya. Pemerintah Israel, kata pejabat tersebut, hanya siap menerima pasukan perdamaian dengan mandat yang kuat dan "daya tembak" yang memadai.

Situasi di Ghaza, juga membuat Badan Bantuan PBB Palestina (UNRWA) menunda semua operasi bantuan, kecuali bantuan medis dan makanan ke Jalur Ghaza. Penghentian itu dilakukan setelah dua pegawai UNRWA asal Palestina tewas ditembak.

Juru bicara UNRWA Christopher Gunnes mengatakan, dua pegawainya yang tewas itu terjebak saat terjadi baku tembak di dua tempat berbeda. "Melihat makin meningkatnya ancaman terhadap staff kami, UNRWA tidak punya pilihan lain selain menunda semua operasinya di Ghaza, " kata Gunnes. (ln/aljz)