Pejabat Israel: Yerusalem Hanya Dijanjikan Untuk Orang Yahudi

Wakil Perdana Menteri Israel Dan Meridor mengadakan ‘pertemuan informal’ dengan Ketua perunding Palestina Saeb Erekat hari Jumat lalu, dimana dia mengutip pernyataan mendiang Paus Yohanes Paulus II yang mengatakan, "Yerusalem adalah tanah suci bagi Yahudi, Kristen dan Muslim, tetapi tanah suci itu hanya dijanjikan untuk orang-orang Yahudi ".

Posisi teologis keras para negosiator Israel, di masa lalu, membuat kompromi dalam masalah Yerusalem ini tidak mungkin terjadi, karena klaim pemerintah Israel bahwa tanah itu diberikan kepada mereka oleh Tuhan, dan Meridor menegaskannya kembali selama pembicaraan hari Jumat lalu dengan mengatakan, "Tuhan tidak pernah berkompromi."

Dalam pembicaraan pertama sejak serangan Israel terhadap kapal bantuan kemanusiaan Mavi Marmara bulan lalu, para pejabat tinggi dari Fatah Palestina bertemu dengan wakil Israel pada hari Jumat dalam sebuah sesi pertemuan informal yang diselenggarakan oleh ‘International Peace Institute’ yang berbasis di New York.

Saeb Erekat, yang ditunjuk oleh pemerintah de facto Mahmud Abbas sebagai Ketua perunding untuk Palestina – meskipun sebagian besar orang Palestina tidak merasa terwakili oleh Erekat – bertemu dengan para pejabat Israel pada hari Jumat untuk mendengar terkait tuntutan terbaru Israel kepada warga Palestina yang diblokade.

Dalam pertemuan itu, Erekat mengatakan bahwa jika pemerintah Israel menghentikan perluasan pemukiman di Tepi Barat, pihak Palestina siap untuk datang ke meja perundingan. Laporan yang dibuat oleh Erekat tersebut sebetulnya adalah ulangan dari tuntutan sebelumnya, dengan tidak ada perubahan di sisi Israel ataupun Palestina.

Perwakilan Israel pada pertemuan tersebut juga menyatakan kembali posisi Israel bahwa tanah Palestina khususnya Yerusalem itu diberikan kepada orang-orang Yahudi oleh Tuhan, dan karena itu mereka tidak bisa berkompromi dalam hal ini.

Ia juga menuntut agar Palestina menghentikan serangan roket ke Israel, meskipun serangan roket telah sangat sedikit dibandingkan tahun lalu.

Hal ini terlepas dari invasi Israel tahun lalu yang menewaskan 1.400 orang warga Palestina, 300 di antaranya adalah anak-anak, dan adanya invasi dan penahanan berkelanjutan Israel terhadap warga sipil Palestina setiap hari. (fq/imemc)