Perang Pakistan dengan Taliban, Untuk Kepentingan Siapa?

Di tengah operasi militer besar-besaran Pakistan ke basis-basis Taliban di Waziristan Selatan, pihak militer diam-diam membuat kesepakatan dengan dua tokoh utama Taliban yang selama ini dikenal anti-AS dan menjadi musuh nomer satu bagi Pakistan.

Kesepakatan itu, menurut sejumlah pejabat intelejen Pakistan yang tidak bersedia disebut namanya, terjadi tiga minggu yang lalu antara militer Pakistan dengan Maulvi Nazir dan Hafiz Gul Bahadur, dua tokoh yang dikenal sebagai pemuka masyarakat di kawasan pedalaman Waziristan dan pendukung Taliban yang akhirnya berkhianat.

Kedua tokoh itu sepakat untuk tidak ikut melakukan perlawanan terhadap militer Pakistan dan bersedia memberikan akses bagi pasukan militer Pakistan di wilayah mereka untuk memudahkan penyerangan ke basis-basis Taliban. Sebagai kompensasinya, militer Pakistan berjanji akan merenggangkan patroli dan meminimalkan pemboman di wilayah yang berada di bawah kontrol Nazir dan Bahadur.

Namun militer Pakistan enggan menyebutnya sebagai kesepakatan tapi "kesepahaman" dengan orang-orang yang mengambil posisi netral dalam pertikaian antara militer Pakistan dan kelompok militan Taliban. "Ini cuma kesepahaman dengan mereka yang tidak akan ikut campur dalam peperangan ini. Militer harus bicara dengan ‘para penjahat’ agar bisa mengisolasi target-target utama," kata Jubir Militer Pakistan, Jenderal Athar Abbas.

Militer berharap kesepakatan ini akan membuka peluang yang lebih besar bagi pasukan Pakistan untuk memenangkan "peperangan" melawan Taliban.

Hari ini, operasi militer Pakistan memasuki hari keempat dan pasukan Pakistan makin memperdalam serangannya ke tempat-tempat yang mereka curigai sebagai tempat persembunyian para militan. Dalam operasi militer ke Waziristan Selatan, Pakistan mengerahkan hampir 30.000 tentaranya untuk melawan para pejuang Taliban yang jumlahnya disebut-sebut mencapai 11.500 orang.

Pakistan menuding Taliban bertanggung jawab atas berbagai aksi kekerasan yang terjadi di Pakistan selama tiga tahun belakangan ini. Sementara Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan-serangan mematikan yang terjadi di sejumlah tempat di Pakistan dalam dua minggu belakangan ini yang menewaskan lebih dari 170 orang. Serangan itu termasuk aksi penyerbuan dan penyanderaan di sebuah markas besar militer beberapa hari lalu dan serangan bom ke gedung perwakilan PBB di Islamabad.

Operasi militer Pakistan ke Waziristan Selatan mendapat dukungan penuh dari AS yang meyakini bahwa wilayah itu juga merupakan pusat pelatihan dan tempat persembunyian utama para anggota Al-Qaida, termasuk pimpinannya, Usamah bin Ladin.

Jubir Departemen Luar Negeri AS, Ian Kelly menyatakan, pemerintah AS terus memantau operasi militer yang dilakukan militer Pakistan untuk menumpas Taliban dan berharap militer tidak mundur dan terus memperluas operasi militernya untuk memberangus para militan yang juga bersembunyi dan beroperasi di Waziristan Utara.

"Kami punya tujuan yang sama di sini dan tujuan yang sama itu adalah memberantas kekerasan dan ekstrimisme," kata Kelly hari Senin kemarin. Namun ia mengaku tidak tahu menahu soal adanya kesepakatan antara militer Pakistan dengan sejumlah tokoh Taliban yang membelot.

Sejumlah analis keamanan di Pakistan menyatakan, militer Pakistan tidak punya pilihan lain selain membuat kesepakatan dengan faksi-faksi di Taliban agar operasi militernya sukses. Karena sudah tiga kali militer Pakistan menggelar operasi militer ke Waziristan Selatan sejak tahun 2004, dan semuanya selalu gagal.

"Kalau militer membuka banyak front pertempuran, mereka akan kewalahan. Itu sama artinya merawat satu orang pasien yang mengidap banyak penyakit. Anda pasti cenderung untuk mengurus penyakitnya dulu," kata Khalid Aziz, mantan pejabat di wilayah baratlaut Pakistan.

Dalam operasi militer hari ketiga Senin kemarin, menurut militer Pakistan, selain melakukan serangan darat mereka juga melakukan serangan dari udara ke tiga front di Waziristan Selatan. Militer Pakistan mengakui, mereka mendapatkan perlawanan yang cukup keras di tiga front itu dan mengklaim berhasil menewaskan 78 militan. Sementara dari pihak militer, sembilah tentaranya tewas dalam tiga hari pertempuran.

Perang antara militer Pakistan dan Taliban membuat ribuan penduduk Waziristan Selatan mengungsi untuk menghindari senjata artileri dan serangan udara militer Pakistan. "Penboman terjadi di mana-mana. Mereka membombardir rumah-rumah, masjid, pesantren, semuanya," kata Fazlu Rehman, salah seorang warga yang mengungsi ke Dera Ismail Khan tak jauh dari Waziristan Selatan.

Diperkirakan lebih dari 150.000 warga meninggalkan Waziristan Selatan dalam beberapa bulan terkahir setelah militer Pakistan menggelar operasi militernya. Di kota Dera Ismail Khan, pemerintah setempat mendata ratusan warga yang antri untuk menerima bantuan uang tunai dan bantuan lainnya.

"Situasi di Waziristan makin memburuk dan terus memburuk setiap hari," kata Haji Sherzad Mehsud, salah seorang pengungsi.

Rakyat sipil tak berdosa memang selalu menjadi korban dalam setiap peperangan, termasuk peperangan yang dikobarkan Pakistan dengan dukungan sekutunya, AS atas nama melawan dan memberantas kelompok militan Taliban. Kelompok yang oleh AS dan negara-negara Barat dicap sebagai kelompok teroris dan ekstrimis. (ln/bbc/yn/iol)