Polemik Syariah Islam di Pakistan, Imam Besar Masjid Haram, Makkah Turun Tangan

Kehadiran Imam Besar Masjid Haram, Makkah Syaikh Abdul Rahman Al-Sudais diharapkan bisa menyelesaikan krisis yang terjadi antara pemerintah Pakistan dengan dua lembaga pendidikan agama di negara itu, terkait penerapan hukum syariah Islam.

Krisis itu berawal pada 2 April lalu, ketika dua madrasah di Pakistan-Jamia Hafsa dan Jamia Faridia mengumumkan bahwa mereka akan bertindak untuk segera menerapkan syariah Islam di seluruh Pakistan.

Mereka menyatakan terdorong untuk menerapkan hukum Islam, karena menganggap pemerintah Pakistan telah gagal mengatasi masalah pelacuran dan tindak kriminal lainnya.

Persoalan ini mengemuka setelah para santri putri dari kedua madrasah itu menyandera tiga perempuan dan seorang laki-laki pada tanggal 30 Maret kemarin, karena diduga telah mengelola tempat pelacuran di sebuah kawasan kalangan menengah di Islamabad.

Maulana Abdul Rasheed Ghazi, kepala Jamia Hafsa menyatakan dirinya sangat menghormati Syaikh Al-Sudais dan menyambut baik upayanya untuk membantu menyelesaikan krisis yang terjadi.

Hampir tiga jam, Ghazi dan delegasinya melakukan pembicaraan dengan Syaikh Al-Sudais di Murree, sebuah kawasan perbukitan yang terletak sekitar 65 kilometer sebelah utara Islamabad.

"Kami menjelaskan tentang rencana dan tuntutan kami. Dia memberikan respon positif dan mendoakan yang terbaik bagi kami semua. Kami meminta Syaikh untuk menggunakan pengaruhnya pada pemerintah Pakistan agar memberlakukan hukum Islam seperti yang diterapkan di Arab Saudi, " ujar Ghazi.

Ia menyatakan, pertemuan itu tidak secara khusus membahas bagaimana cara penerapan hukum Islam, dan hanya menanyakan apakah Syaik Al-Sudais setuju dengan penerapan syariah Islam.

"Dia setuju bahwa penegakkan syariah Islam adalah tanggung jawab utama pemerintahan Islam, dan jika pemerintahan itu gagal menegakkannya, maka rakyat bisa menuntutnya agar menerapkan hukum Islam dengan benar, " sambung Ghazi

Menurut Ghazi, Imam Besar Masjid Haram, Makkah itu dijadwalkan berkunjung ke madrasahnya. Namun dibatalkan, karena alasan tertentu dari pemerintah Pakistan.

"Setahu saya, pemerintah memang tidak mau Syaikh berkunjung ke madrasah-madrasah. Tentu saja untuk menyembunyikan kebenaran, " kata Ghazi dengan nada kecewa.

Namun salah seorang pejabat departemen luar negeri Pakistan yang tidak mau disebut namanya, membantah bahwa mediasi dengan melibatkan Syaikh Al-Sudais adalah atas permintaan pemerintah Pakistan. Meski demikian, sumber tadi mengatakan bahwa pemerintah terbuka untuk menempuh jalur mediasi guna mencari jalan keluar dari persoalan itu.

"Saya kira tidak ada permintaan mediasi semacam itu, tapi, apapun yang beliau lakukan, kami menerimanya dengan terbuka, " ujar sumber tersebut.

Meski Syaikh Al-Sudais tidak jadi berkunjung ke kedua madrasah tersebut, Duta Besar Arab Saudi untuk Pakistan Ali Awad Al-Asseri Rabu kemarin melakukan kunjungan mendadak ke Jamia Hafsa dan Masjid Merah. Dalam kunjungan itu, Al-Asseri sempat bernegosiasi dengan beberapa saudara laki-laki Ghazi.

Pada Al-Asseri, Maulana Abdul Aziz, salah seorang saudara laki-laki Ghazi mengatakan bahwa tuntutan utamanya adalah penegakkan syariah Islam di Pakistan. Tapi dijelaskan oleh Al-Asseri bahwa penegakkan syariah Islam tidak bisa dilakukan dalam satu malam atau dengan cara mereka sendiri.

Al-Asseri berkunjung ke Masjid Merah selama satu setengah jam. Namun dia menolak memberikan keterangan detil pada media massa Pakistan tentang hasil pertemuan itu. (ln/iol)