Publik Irak: Majelis Syuro Mujahidin Tidak Mewakili Faksi Perlawanan Irak

Kasus dibunuhnya sandera dua orang tentara Amerika di Irak, oleh kelompok Majelis Syuro Mujahidin, masih mengundang banyak tanggapan. Sejumlah media masa Barat mengklaim kekerasan sebagai karakter perlawanan di Irak.

Sementara masyarakat dan pejuang Irak memandang kelompok Majelis Syuro Mujahidin yang mengaku berada di bawah Jaringan Al-Qaidah di Irak, tidak mewakili faksi perlawanan Irak lainnya yang dinamakan sebagai ‘perlawanan bersih’.

Sejumlah rakyat Irak menganggap kematian dua pasukan Amerika yang ‘disembelih’ oleh Majelis Syuro Mujahidin di selatan Baghdad, adalah upaya pihak Al-Qaidah untuk menguatkan eksistensi mereka di Irak, pascakematian Abu Mushab Az-Zarqawi yang merupakan salah satu pimpinan tinggi mereka.

Dalam keterangannya kepada Islamonline, analis Irak Majdi Ausi, mengatakan, “Majelis Syuro Mujahidin tidak mewakili seluruh faksi perlawanan Irak. Kebanyakan faksi perlawanan Irak berbeda dalam pola perlawanan dan cara yang dilakukan. Justru perbedaan pola perlawanan yang banyak dianut kelompok perlawanan Irak itulah yang menjadikan mereka mendapat perlakuan berbeda dari pemerintah maupun pasukan AS, untuk membuka kemungkinan dialog dengan mereka.”

Para pengamat lainnya menilai, pasukan penjajah AS dan politisi Irak, juga sejumlah media masa Barat berupaya serius untuk terus menerus menempelkan label teroris kepada seluruh faksi perlawanan Irak. Mereka tak berhenti memunculkan propaganda bahwa faksi perlawanan Iraklah yang melakukan pembunuhan warga sipil dan institusi negara Irak, seperti yang juga diklaim Al-Qaidah melalui Majelis Syuro Mujahidin. Padahal keberadaan mereka, tidak bisa mewakili seluruh kelompok perlawanan Irak kecuali kelompok kecil saja.

Terkait pernyataan Majelis Syuro Mujahidin yang mengaku bertanggung jawab atas pembantaian terhadap dua sandera pasukan AS beberapa waktu lalu, pengamat Nazar Samrai mengatakan, “Dibunuhnya tawanan dengan cara yang biasa dilakukan Al-Qaidah juga menunjukkan bahwa cara perlawanan seperti itu masih terus berlangsung.”

Organisasi Ulama Islam di Irak sebelum ini telah mengeluarkan kecaman terhadap tindak penyembelihan dua tawanan pasukan AS secara keji. Mereka menyatakan aksi itu berlawanan dengan syariat Islam, baik yang dibunuh itu warga sipil maupun militer karena Islam mempunyai akhlak tersendiri dalam menyikapi para tawanan perang. (na-str/iol)