Rencana Bush di Irak, Disambut Unjuk Rasa

Rencana Presiden AS George W. Bush menambah pasukan ke Irak, disambut kecaman dan aksi unjuk rasa di AS.

Para aktivis anti-perang hari Kamis (11/1) turun ke jalan di sejumlah kota di AS, memprotes rencana Bush itu. Mereka mengancam akan menggelar aksi protes yang lebih besar lagi untuk menentang rencana tersebut.

Seorang aktivis yang ikut serta dalam aksi protes di kota San Francisco bernama Jan Rogers, 58, mengatakan, "Presiden (Bush) kelihatannya tidak paham juga. Seluruh negeri berteriak ‘hentikan kegilaan’ ini dan saya pikir dia cuma ingin menyelamatkan jabatan presiden dan warisannya. Tetapi dia berada pada jalur yang salah."

Pengunjuk rasa lainnya, seorang mahasiswi hukum, Zahra Billoo, 23, mendesak agar pasukan AS ditarik dari Irak.

"Saya kira, keberadaan kita di sana dalam kondisi seperti sekarang ini adalah memberikan bantuan kemanusiaan. Tidak perlu mengirim tentara lagi. Mereka tidak diinginkan di sana, " kata Zahra.

Selain di San Francisco, aksi unjuk rasa menentang rencana Bush menambah pasukan ke Irak juga digelar di kota New York. Di antara para pengunjuk rasa adalah Tony Palladino, mantan anggota Garda Nasional Angkatan Udara AS. Ia mengatakan, pengiriman pasukan baru hanya akan memberikan para pejuang di Irak "20 ribu target ekstra."

Di Times Square, ratusan pengunjuk rasa meneriakkan yel-yel "Stop the funding, Stop the war." Mereka memenuhi jalan-jalan raya dan mendapat dukungan dari para pengendara mobil di kawasan yang terkenal paling ramai di dunia itu.

Aksi unjuk rasa ini, rencananya juga akan digelar Boston dan kota-kota lainnya di AS.

Sejak invasi AS ke Irak, para aktivis anti perang di negeri Paman Sam, berhasil mengerahkan sekitar 100 ribu orang untuk menggelar aksi protes. Jumlah itu memang terbilang kecil jika dibandingkan aksi protes warga AS saat menentang perang AS di Vietnam.

Bukan hanya warga AS, sejumlah anggota legislatif AS juga mengecam rencana Bush menambah pasukan ke negeri 1001 malam.

Sebuah komite luar negeri di Senat yang anggotanya berasal dari Partai Republik dan Demokrat, menanyakan rencana presiden mengirim 21.500 tentara lagi ke Irak, pada menteri luar negeri Condoleeza Rice.

Chuck Hagel, seorang senator dari Partai Republik mengatakan, "Saya pikir pidato presiden malam kemarin menunjukkan adanya blunder kebijakan luar negeri yang paling berbahaya sejak perang Vietnam, jika kebijakan itu benar-benar dilaksankan."

Senator lainnya, Joseph Biden menilai rencana Bush itu sebagai kesalahan yang tragis. "Saya yakin strategi presiden bukanlah solusi, menteri Rice. Saya percaya ini adalah kesalahan yang tragis, " kritik Biden pada menlu AS.

"Hasilnya adalah, kerugian yang lebih besar lagi pada nyawa warga Amerika dan posisi militer kita akan berada pada titik yang prospek suksesnya sangat kecil, " sambungnya.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Robert Gates mengatakan, tak seorangpun yang bisa mempekirakan berapa lama pasukan AS akan berada di Irak.

"Ini dilihat sebagai kebutuhan mendesak yang sifatnya temporer. Tapi saya pikir tak seorangpun yang mengetahui dengan jelas untuk berapa lama, " ujar Gates.

Ia menambahkan, AS akan memantau secara ketat berapa penyesuaian yang akan dilakukan sebelum rombongan pertama pasukan baru tiba di Irak.
Gates juga mengingatkan bahwa semua distrik akan menjadi target, termasuk wilayah yang menjadi basis Moqtada al-Sadr. (ln/aljz)