Sekjen Ulama Islam Irak: Kekuatan Penjajah Dalangi Konflik Sunni dan Syiah

Syaikh Harits Adh Dhari, Sekjen Lembaga Ulama Islam di Irak mengungkapkan bahwa krisis yang terjadi di Kirkuk dan juga aksi pengusiran paksa yang terjadi atas warga Arab, terkait dengan operasi intelejen yang ingin membagi-bagi wilayah Irak.

Seperti diberitakan, pertengahan Maret lalu terjadi rangkaian ledakan di Kirkuk yang kian menambah deretan kekerasan di Irak. Para pejabat di kota Kirkuk, Iraq Utara mengatakan, rangkaian ledakan telah menewaskan 24 orang dan melukai hampir 100 orang lainnya.Polisi mengatakan para pelaku bom bunuh diri meledakkan paling sedikit empat mobil dan satu truk dalam beberapa serangan di kota yang kaya minyak dengan mayoritas penduduk suku Kurdi itu.

Syaikh Adh Dhari secara khusus menyampaikan motif konflik Irak dalam konferensi persnya Selasa (3/4). Ia menyampaikan bahwa akar masalahnya terletak pada undang-undang Irak yang kemudian memicu ledakan kondisi di Irak, khususnya terkait masalah Kirkuk dan juga masalah kekerasan lainnya.

Menurut Adh Dhari, undang-undang Irak secara implisit mengarah pada pembagian Irak ke dalam beberapa pemerintahan, yang pada akhirnya ditujukan untuk mendukung proyek penjajahan asing di Irak.

Di sisi lain, Syaikh Adh Dhari juga menyampaikan, “Polisi Irak dan militer bekerjasama dengan kekuatan penjajah dengan melakukan pengepungan kota seperti Talafar, bahkan melakukan penangkapan sejumlah anggota masyarakat untuk dijebloskan ke penjara. ”

Adh Dhari menyayangkan tragedi di Telafar, di mana terdapat kota Daur-kota terbanyak penduduk Islamnya-kini terjadi eksodus besar besaran dan penangkapan massal.

“Hingga kini kurang lebih 200 pemuda dari kota itu, ditangkap, ” ujar Adh Dhari.

Menurutnya sayap resmi dan intelejen bermain secara tersembunyi untuk meletupkan krisis di Irak hingga perang etnik antara Sunni dan Syiah terus berlanjut. Karenanya, tambah Adh Dhari, peristiwa memprihatinkan yang kini menimpa Irak bukanlah peperangan antar saudara dan bukan pula pepernagan antar etnik, melainkan perang yang merupakan ekses politik yang dimainkan oleh penjajah dan kekuatan politik yang ingin mencapai tujuannya bersama penjajah, untuk memecah belah Irak.

“Ini peperangan yang intinya adalah perang antar kepentingan kelompok politik, bukan peperangan antar etnik madzhab. Karena penjajah dan agen-agen penjajah tidak berhasil meraih dukungan secara penuh untuk menggolkan keinginan mereka. Lalu mereka memicu peperangan antar sesame rakyat Irak untuk membagi Irak, ” ujar Adh Dhari.

Di akhir konferensi persnya, Syaikh Adh Dhari berdoa kepada Allah agar memberikan kesabaran dan kekokohan hati kepada rakyat Irak. Dan juga agar umat Islam benar-benar serius membantu rakyat Irak yang merupakan sudara mereka. Ia mengatakan, “Sesungguhnya saudara-saudara mereka di Irak kini menghadapi permusuhan dari banyak pihak, dari penjajah dan pendukungnya, juga pemerintahan dan milisinya, serta berbagai kekuatan luar Irak yang ingin bercokol di Irak. ” (na-str/akhbrn)