Studi: Ada Kesalahan Dalam Metode Pengajaran Islam di Inggris

Hasil kajian terhadap cara pengajaran agama Islam di institusi-institusi pendidikan tinggi di menunjukkan, bahwa cara pengajaran yang dilakukan selama ini gagal menunjukkan realitas warga Muslim yang sebenarnya di tengah kehidupan masyarakat multi budaya di Inggris.

Dalam hasil kajian yang berjudul "Islam at Universities in England" disebutkan, studi Islam dan riset-riset akademis di Inggris tidak merefleksikan "kenyataan" yang sebenarnya dari kehidupan warga Muslim.

Penasehat senior pemerintah dan direktur Markfield Institute of Higher Education Ataullah Siddiqui mengungkapkan, riset-riset yang dilakukan tidak mengikuti perkembangan zaman dan umumnya "tidak relevan" lagi di tengah kehidupan masyarakat modern sehingga hasilnya kerap menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang tidak bisa hidup berdampingan dengan agama-agama lainnya.

Selain itu, studi-studi Islam yang dilakukan juga terlalu sempit dalam memandang Arab dan Timur Tengah. Perspektif-perspektif yang sempit ini seringkali diberikan bagi para mahasiswa Inggris kulit putih yang ingin meniti karir di departemen luar negeri.

Saat ini ada sekitar 90 ribu mahasiswa Muslim di seluruh institusi pendidikan tinggi di Inggris. Mereka berasal dari berbagai latar belakang etnis, antara lain India, Pakistan, Bengali, Arab dan dari negara-negara Timur Tengah lainnya.

Dari hasil kajian yang dilakukan, dari 100 universitas yang ada di Inggris, hanya 30 universitas yang memiliki penasehat, yang beragama Islam. Dan dari jumlah penasehat tersebut, hanya satu orang yang digaji, empat orang berstatus kerja paruh waktu dan sisanya berstatus sukarelawan. Bahkan ada di antara penasehat yang tidak memiliki latar belakang pendidikan atau pelatihan formal di bidang komunikasi dan konsultasi.

Akibatnya, banyak mahasiswa Muslim yang pengetahuannya minim lebih memilih teman-temannya untuk meminta bantuan, meski resikonya mereka jatuh pada orang yang salah yaitu kelompok-kelompok yang memiliki pemikiran ekstrim.

Lebih lanjut, dari hasil kajian itu terungkap bahwa tidak semua universitas memiliki panduan dalam menangani isu-isu penting dalam kehidupan sehari-hari para mahasiswa Muslim, seperti masalah sholat Jumat, ibadah puasa di bulan Ramadhan, dan makanan halal.

Terakhir, hasil kajian itu memberikan sejumlah rekomendasi, antara lain menyarankan agar universitas-universitas menyediakan lebih banyak lagi penasehat muslim atau ulama dan bekerja sama dengan sekolah-sekolah Islam untuk menjembatani gap antara masyarakat Inggris dengan warga Muslim. Selain itu, studi itu juga menyerukan agar keberadaan komunitas-komunitas Muslim di kampus-kampus lebih diakui dan disediakannya lebih banyak tempat untuk sholat.

Mengomentarai hasil kajian itu, Menteri Pendidikan Tinggi Bill Rammell menyatakan akan mendisain program-program studi Islam di tingkat pendidikan tinggi sebagai "program yang strategis. "

"Kajian Dr Siddiqui memberikan kontribusi yang sangat penting dan sangat membantu, khususnya untuk hal-hal yang kompleks dan sensitif, " ujar Rammell.

"Program pengajaran agama Islam yang efektif dan akurat di universitas-universitas kita sangat penting untuk berbagai alasan, termasuk untuk mempererat hubungan antar anggota masyrakat dan mencegah munculnya pemikiran dan tindakan ektrimis yang mengatasnamakan Islam, " sambungnya. (ln/iol)