Sudan dan Chad Menyepakati Perdamaian di Doha

Qatar kembali menjadi juru damai bagi Sudan. Setelah beberapa bulan lalu menjadi mediator antara pemerintah Sudan dengan kelompok pemberontak yang berada di Darfur, kali ini upaya yang dilakukan adalah mewujudkan perdamaian antara Sudan dengan negara tetangganya Chad.

Menteri Luar Negeri Qatar, Ahmed bin Abdullah Al-Mahmoud yang memimpin jalannya perundingan ini mengatakan, bahwa fungsi Qatar dalam hal ini adalah sebagai perantara perundingan hingga terwujudnya sebuah kesepakatan damai yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.

Pemerintah Sudan yang diwakili oleh Tijani Sholeh Fidail yang menjabat sebagai Menteri Kerjasama Internasional Sudan dalam jumpa persnya mengatakan, bahwa kegagalan perjanjian damai yang berlangsung pada masa lalu memberikan isyarat adanya semangat perdamaian. "Kegagalan itu menjadi bahan evaluasi untuk mencapai perdamaian yang sejati", jelas Fidail.

Fidail kemudian menambahkan, pembicaraan yang berlangsung Kamis (30/4) kemarin dengan pihak Chad di Doha telah memperjelas semuanya. "Dengan demikian kami menjadi paham, langkah apa yang harus ditempuh oleh masing-masing pemerintah. Terkhusus batas teritorial kedua negara yang dibahas cukup serius, karena awal mula gesekan terjadi dipicu oleh sengketa perbatasan", lanjutnya.

Dialog perdamaian Sudan-Chad ini sendiri sudah berlangsung sejak Rabu (29/4) kemarin, dan membahas perkembangan dari kesepakatan damai yang dilakukan sebelumnya dan terus mencari segala kemungkinan, agar kesepakatan dapat berlanjut ke tahap yang lebih permanen.

Disamping Qatar, negara Libia juga turut andil dalam mewujudkan kesepakatan damai tersebut, hal ini sebagai wujud tanggungjawab Libia yang pemimpinnya kini tengah diamanahi sebagai ketua Uni Afrika.

Perdamaian Sudan-Chad sendiri sejauh ini berjalan labil, disamping sengketa perbatasan, sikap saling tuduh antar pemimpin kedua negara turut memperburuk hubungan kedua negara. Semua ini merupakan imbas dari konflik berkepanjangan yang terjadi di Darfur. Sudan menuduh Idris Debi, Presiden Chad mendukung penyerangan para pemberontak ke ibukota Khourtum yang terjadi pada tanggal 11 Mei tahun lalu. Sejak saat itu hubungan kedua negara Afrika tersebut terus memburuk. (alj/sn)