Taliban Bantah Rumor Kematian Mullah Umar

Taliban di Afghanistan lewat juru bicaranya hari Rabu ini (20/7) membantah bahwa pemimpin mereka Mullah Muhammad Umar telah meninggal, mengklaim bahwa pesan telepon dan sebuah posting di internet terkait informasi tersebut adalah palsu.

Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid mengatakan kepada The Associated Press bahwa sebuah pesan teks yang dikirim kepada wartawan atas namanya adalah hasil dari hacking telepon.

"Dia masih mengawasi operasi di negara ini," katanya kepada AP. Dia menambahkan bahwa "orang luar telah menyusup ke telepon Taliban dan situs web Jihadis." Mujahid menyalahkan badan-badan intelijen AS, dengan mengatakan mereka mencoba untuk mengacaukan Taliban.

Rumor menyebar bahwa Mullah Umar telah meninggal ketika pesan teks, yang diduga dikirim dari Mujahid, mengumumkan bahwa "Amirul Mukminin," atau "komandan kaum Muslimin," sudah mati. Judul yang disediakan untuk pemimpin Taliban tersebut.

Pejabat militer Afghanistan dan pasukan koalisi juga mengatakan mereka tidak bisa mengkonfirmasi laporan atas kematiannya.

Juru bicara Taliban yang lain, Qari Yusuf Ahmadi, juga membantah melalui telepon ke AP bahwa Mullah Umar telah meninggal.

"Mereka agen yang telah gagal di Afghanistan sekarang berusaha untuk menggunakan taktik untuk menurunkan moral para mujahidin," katanya.

Sebuah pesan menyusul yang dikirim Mujahid dari nomor telepon yang berbeda membantah kematiannya.

"Musuh-musuh Islam telah merilis berita bahwa Amirul Mukminin yang terhormat sudah mati," kata pesan kedua dari Mujahid. "Itu benar-benar tidak berdasar. Ini adalah suatu kebohongan. Amirul Mukminin masih hidup dan dia sibuk dengan pekerjaan sehari-harinya dan mengatur para mujahidin."

Mullah Umar sendiri telah memimpin pemberontakan selama satu dekade melawan koalisi militer pimpinan AS dan pemerintah Afghanistan Presiden Hamid Karzai. Dia menguasai sebagian besar Afghanistan sebagai pemimpin pemerintahan Taliban sebelum Amerika Serikat dan sekutunya menyerbu negara itu pada 7 Oktober 2001, setelah serangan 11 September.(fq/ap)