Tes Calon Imigran di Jerman, dari Pertanyaan Soal Holocaust sampai Tayangan Video Porno

Negara Jerman sudah membuat daftar pertanyaan yang baku untuk tes bagi para calon imigran yang akan menetap di negaranya. Pemerintah Jerman kini tinggal menunggu persetujuan dari parlemen bulan Juni mendatang, sebelum paket pertanyaan itu diberlakukan secara resmi.

Beberapa pertanyaan yang terdapat dalam paket tes itu antara lain pertanyaan ‘Apa yang anda ketahui tentang Holocaust?’, ‘Jelaskan mengapa Israel punya hak untuk eksis’, ‘Apakah anda merasa terganggu ketika melihat dua orang homo berciuman? dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang jumlahnya 100 pertanyaan. Selain dalam paket tes calon imigran, calon imigran bersangkutan juga akan diminta untuk menyaksikan video-video porno.

Otoritas negara bagian Jerman mengatakan bahwa paket tes tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran yang nyata dan akurat tentang masyarakat Jerman agar para calon imigran tidak kaget begitu terjun ke masyarakat dan menyaksikan tradisi serta budaya Jerman.

Selain pertanyaan-pertanyaan di atas, para calon imgran juga akan ditanyai segala hal tentang Jerman, seperti sejarah, letak geografis, konstitusi, kebudayaan, ilmu pengetahuan, olahraga, hukum, politik dan sistem sosial.

Pertanyaan-pertanyaan lainnya yang masih diusulkan antara lain, ‘Siapakah kanselir Jerman pertama?’ dan ‘Pertemuan apa yang diselenggarakan di gereja Pawel, Frankfurt pada 1848?’

Paket tes calon imigran yang disusun negara Jerman ini, oleh kelompok oposisi dan organisasi hak asasi manusia dinilai sebagai sesuatu yang ‘tidak mungkin’ karena orang Jerman sendiri belum tentu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu.

Satu-satunya negara yang sudah menerima paket test calon imigran ini adalah negara bagian Hessen. Hessen menyerukan negara bagian Jerman lainnya untuk ikut mengadopsi paket tert tersebut.

Seruan negara Hessen ini disambut hangat oleh Menteri Dalam Negeri Jerman Wolfgang Schäuble. "Merupakan hal yang wajar untuk meminta para calon imigran membuktikan pengetahuannya tentang negara ini. Pertanyaan-pertanyaan itu tidak susah. Mereka tidak perlu persiapan," katanya.

Untuk membicarakan masalah penyeragaman aturan untuk test bagi para calon imigran, para menteri dalam negeri negara-negara bagian Jerman akan bertemu pada bulan Mei mendatang, sekaligus membahas kontroversi atas paket test tersebut sebelum disahkan.

Mulai 1 Januari tahun 2006 ini, para calon imigran Muslim yang akan menetap di negara bagian Baden Wuerttemberg diberikan pertanyaan-pertanyaan yang oleh sebagai pihak di Jerman dinilai sangat diskriminatif.

Sementara menteri-menteri dalam negeri di negara bagian di wilayah Selatan mengatakan, interogasi terhadap para calon imigran dari kalangan Muslim harus lebih lama, dan harus menjawab sekitar 30 pertanyaan tentang pandangan-pandang mereka tentang masalah-masalah politik dan budaya.

Tayangan Video Porno

Adalah Christian Union Party (CUP), blok terbesar dalam pemerintahan koalisi di Jerman yang mengusulkan tayangan video porno-berupa gambar-gambar wanita setengah telanjang dan kehidupan seksual kaum homoseksual-sebagai bagian dari paket tes terhadap calon imigran.

"Beberapa negara Islam menerapkan hukuman mati atas aspek kehidupan sehari-hari yang kita anggap sebagai hal yang biasa di sini," kata Stephen Mayer, anggota CUP. Ia mencontohkan bahwa rok pendek dan perilaku para homoseksual di depan publik merupakan hal yang wajar di Jerman.

Hal serupa diungkapkan anggota CUP lainnya, Nobert Geis. "Mandi telanjang di depan publik mungkin memicu kritik, tapi hal seperti ini harus diterima oleh para imigran di Jerman," ujarnya.

CUP mengusulkan penayangan video porno sebagai bagian dari tes bagi para calon imigran karena terinspirasi oleh negara Belanda. Seminggu yang lalu, negara Kincir Angin ini mengumumkan bahwa para calon imigran yang akan masuk ke Belanda harus melihat tayangan film yang berisi wanita-wanita bertelanjang dada dan kaum homoseksual yang sedang berciuman, sebagai ujian apakah para calon imigran siap menerima nilai-nilai yang berlaku di masyarakat Belanda serta siap hidup di tengah masyarakat yang sangat liberal.

Meski demikian, sejumlah kelompok politik di Jerman menyatakan keberatan dengan prosedur tes itu, khususnya penayangan video-video porno.

Partai oposisi di Jerman, Green Party, menilai proposal paket tes calon imigran itu sebagai hal yang ‘nonsense’. "Kami tidak menentang wawancara terhadap para calon imigran di mana mereka cukup mengetahui prinsip-prinsip dasar konstitusi Jerman, tapi kehidupan pribadi merupakan hal yang sangat relatif bagi masyarakat Jerman sendiri karena tidak ada yang mencontohkan untuk hal-hal semacam itu," kata silke Stokar, seorang pakar masalah-masalah dalam negeri Jerman dari Green Party.

Dewan Muslim di Jerman juga mengecam usulan paket tes baru itu. "Kami mendukung adanya tes sebatas pengetahuan umum tentang Jerman, tapi kami menolak subyektifitas para calon imigran yang berpotensi lewat tes semacam itu untuk menguji loyalitas mereka pada negara Jerman," kata Ayman Mazeek, sekretaris jenderal Dewan Muslim Jerman.

Peneliti Jerman Jurgen Micksch, pendiri pusat multikultur setelah peristiwa 11 September mengatakan, warga Muslim di Jerman mampu berintegrasi secara efektif meski menghadapi berbagai tantangan.

Dewan Sentral Yahudi di Jerman juga mengecam penayangan video-video porno sebagai bagian dari tes bagi para calon imigran.

Menurut Kementerian Dalam Negeri Jerman, tingkat imgran makin menurun selama beberapa tahun belakangan ini karena prosedur yang sangat ketat. Pada tahun 2004, hanya 127.153 imigran yang berhasil mendapatkan kewarganegaraan Jerman, bandingkan dengan tahun 2000 yang jumlahnya mencapai 186.688 orang. (ln/iol)