Tidak Ada Alasan Bagi Pemerintah Belanda untuk Takut Pada Islam

Sebuah studi tentang Islam yang dilakukan untuk pemerintah Belanda menyimpulkan bahwa Islam sama sekali tidak bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat Belanda maupun dengan hak asasi manusia.

Marzuk Abdullah, seorang profesor bidang studi Islam di Amsterdam Free University menyatakan, hasil studi ini merupakan langkah maju untuk membuka dialog yang lebih serius dengan Islam dan melawan ekstrimisme terlepas dari manapun sumbernya.

"Islam adalah agama yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan beradaptasi dengan berbagai keadaan sekitarnya yng berbeda-beda tanpa menimbulkan pertentangan," kata Abdullah.

Setelah melakukan penelitian selama tiga tahun, Scientific Concil for Government Policy memastikan bahwa Islam, secara prinsip tidak menimbulkan konflik dengan demokrasi, hak asasi manusia maupun nilai-nilai masyarakat Belanda.

Hasil studi itu menyebutkan, Belanda dan Uni Eropa berusaha untuk menjangkau gerakan-gerakan Islam yang demokratis seperi Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Hizbullah di Libanon. Menurut studi tersebut, beberapa gerakan Islam secara penuh mendukung demokrasi dan tidak menghalang-halangi penegakan demokrasi. Studi itu juga merekomendasikan agar pemerintah Belanda berkomunikasi dan memberikan bantuan pada pemerintah baru di Palestina pimpinan Hamas.

Profesor Awlad menyataan, publik tahu tentang Islam dari media massa ‘yang belakangan ini tentu saja punya agenda untuk menentang Islam dan umat Islam, sehingga media-media massa itu tidak memberikan informasi yang benar.’ Menurutnya, kelompok ekstrimis dari kedua belah pihak, sengaja atau tidak sengaja, telah memicu konflik antara Muslim dan non Muslim.

Studi yang dilakukan Scientific Concil for Government Policy mendesak dihentikannya kampanye di Belanda yang bertujuan merusak citra Islam dan Umat Islam. Dalam hal ini, studi tersebut menuding para politisi sayap kiri seperti Ayaan Hirsi yang telah menimbulkan konflik dengan Islam. Tujuan para politisi menyerang Islam, menurut studi, karena ingin mendapatkan dukungan warga dan mengejar popularitas.

Kesimpulan-kesimpulan dan fakta dalam hasil studi itu langsung menimbulkan reaksi keras dari kelompok sayap kiri dan partai-partai liberal. Kelompok ini meminta parlemen untuk menggelar rapat khusus untuk memperdebatkan hasil studi tersebut.

Hirsi, tokoh sayap kiri yang pernah membuat film yang menuding Islam menindas kaum perempuan mengatakan, studi tersebut kurang profesional dan telah menghinakan kebebasan berbicara.

Seperti di negara-negara Eropa umumnya, iklim Islamophobia di Belanda juga sangat terasa, terutama setelah kasus pembunuhan sutradara Theo Van Gogh pada November 2004. Sejak itu, pemerintah maupun rakyat Belanda, bersikap sangat tidak toleran dan menimbulkan rasa ketakutan di kalangan satu juta warga Muslim Belanda yang kebanyakan berasal dari Turki dan Maroko. (ln/iol)