Turki: Bosnia dan Serbia Harus Bergabung dengan NATO serta Uni Eropa

Turki ingin membantu menghidupkan Balkan yang dilanda perang ke dalam wilayah kerjasama di masa depan bersama dengan Uni Eropa dan NATO, kata Presiden Turki Selasa kemarin (26/4), sebagai bagian dari keterlibatan negaranya yang meningkat di kawasan itu, di mana sejak dahulu Turki memiliki pengaruh bersejarah.

"Ini adalah keinginan kami untuk menghimpun seluruh wilayah bersatu di bawah payung yang lebih luas dari Uni Eropa dan NATO," kata Abdullah Gul setelah pembicaraan dengan Presiden Serbia Boris Tadic dan tiga anggota kepresidenan Bosnia yang multietnis.

"Kami percaya bahwa Balkan tidak berakhir di Eropa, tetapi Balkan merupakan jantung dari Eropa," kata Gul. "Kami ingin memperkuat kerjasama dan bergerak bersama-sama menuju pemecahan masalah yang ada."

Pembicaraan yang terjadi di residensi Karadjordjevo di dekat perbatasan dengan Kroasia datang, setahun setelah Turki menjadi tuan rumah pertemuan serupa di Istanbul, yang bertujuan untuk membawa eks negara Balkan yang saling bermusuhan Serbia dan Bosnia lebih dekat bersama-sama.

prakarsa diplomatik Turki menggambarkan tawaran untuk memperbaharui pengaruhnya di Balkan yang berasal dari pemerintahan Ottoman berabad-abad panjang dan hubungan dekat dengan Muslim di kawasan ini.

"Turki memiliki alasan bersejarah dan kepentingan sah untuk kehadirannya di Balkan," kata Presiden Serbia Tadic. "Kami ingin seluruh wilayah diintegrasikan ke dalam Uni Eropa sesegera mungkin … ini adalah tujuan utama politik kami."

Tadic berjanji untuk menempatkan masa lalu yang suram di belakang dan segara menciptakan masa depan yang lebih baik untuk daerah yang pada 1990-an terjadi konflik paling berdarah di Eropa sejak Perang Dunia II.

Tadic tidak merinci hubungan yang diusulkan Gul terkait NATO. Isu ini sensitif bagi Serbia karena pemboman tahun 1999 aliansi militer Barat terhadap Serbia yang mengakhiri kekuasaan Beograd atas Kosovo, bekas provinsi Serbia.

Perang di Bosnia berakhir pada tahun 1995 dalam rencana perdamaian yang diprakarsai AS yang membagi negara menjadi dua entitas, Serbia dan Muslim Kroasia.

Ketidakmampuan Bosnia untuk menciptakan pemerintahan yang terpusat telah terhenti dalam upaya ke arah menjadi anggota Uni Eropa, sementara Serbia baru-baru ini membuat beberapa kemajuan terkait hal itu.

Tadic berpendapat bahwa "beberapa keputusan yang baik juga dilakukan di sini" selama era bekas Yugoslavia, ketika Karadjordjevo sering digunakan oleh mantan pemimpin komunis Josip Broz Tito.

Tadic mengatakan pilihan tempat hanya memperkuat pesan rekonsiliasi.

"Saya tidak akan mengulang kesalahan pendahulu saya, yang dibuat bahkan di sini di Karadjordjevo," kata Tadic. "Ini adalah niat kita untuk mengubah tempat-tempat bersejarah secara bersama, yang mengingatkan kita pada pengalaman masa lalu yang buruk, ke dalam tempat keputusan yang lebih baik."(fq/ap)