Unjuk Rasa untuk Al-Aqsha, Massa dan Polisi Mesir Bentrok di Masjid Al-Azhar

Aksi protes atas penggalian yang dilakukan Israel di kompleks Masjid al-Aqsha juga terjadi di Kairo, Mesir. Ratusan massa berkumpul di depan Masjid al-Azhar menjelang sholat Jumat (9/2) dan menyuarakan kemarahan mereka atas tindakan Israel.

Namun aksi massa itu berujung bentrokan dengan polisi Israel, setelah para pengunjuk rasa dilarang masuk ke Masjid al-Azhar ketika waktu sholat telah tiba. Mereka dihalang-halangi oleh aparat keamanan, polisi dan aparat kepolisian berpakaian preman dengan senjata lengkap.

"Kami mau sholat. Allah Maha Besar. Kalian telah melarang kami melakukan kewajiban agama kami!" teriak massa sambil mendorong-dorong barikade aparat yang berjaga-jaga di pintu masuk masjid. Namun teriakan massa tidak digubris, sehingga terjadi ketegangan dengan aparat keamanan. Beberapa anak muda meninggalkan masjid dan memaksa masuk lewat jalan-jalan sempit yang menuju masjid.

Masyarakat biasa yang tidak ikut aksi unjuk rasa juga dilarang masuk oleh aparat, yang sudah menutup akses masuk utama ke- bukan hanya ke Masjid al-Azhar tapi juga Masjid Hussein.

"Ini seperti zona perang, " kata seorang wanita muda yang melihat puluhan mobil polisi yang ditempatkan di sekitar Masjid al-Azhar.

Karena tidak dibolehkan masuk, para pengunjuk rasa akhirnya mengambil jalan alternatif yang sempit menuju masjid sambil meneriakan kata-kata "Yahudi telah melarang kita sholat" dan "Allah Maha Besar." Gerakan massa itu dibuntuti oleh aparat keamanan Mesir berpakaian preman.

Di sebuah lokasi tak jauh dari Masjid al-Azhar, aparat keamanan mengintimidasi massa yang jumlahnya tinggal 50 orang. Para pengunjuk rasa itu diperintahkan untuk menjauh dari masjid. Perintah itu memicu kemarahan massa yang akhirnya berbuntut bentrokan.

Para saksi mata mengatakan, sedikitnya dua orang ditangkap aparat keamanan dan menurut sejumlah wartawan yang meliput peristiwa itu, mereka melihat aparat kepolisian mengejar sekelompok massa pengunjuk rasa ke sebuah gang kecil dan memukuli pengunjuk rasa itu dengan tongkat terbuat dari metal. Aparat juga memerintahkan para wartawan untuk meninggalkan tempat dan melarang mereka mengambil foto-foto saat bentrokan.

Beberapa wartawan, termasuk juru foto dari surat kabar Al-Masry Al-Youm yang tidak mempedulikan larangan tersebut, diancam oleh aparat. Menurut seorang wartawan, Sally, 23, pada al-Jazeera, polisi sangat membenci kamera karena para polisi itu takut tindakan mereka memukuli para pengunjuk rasa akan muncul di blog-blog yang akan dilihat banyak orang. (ln/aljz)