JISc Goes to Malaysia

Laporan Perjalanan Immersion Students 2009

Awal bulan lalu menjadi hari-hari istimewa bagi siswa-siswi Jakarta Islamic School yang mengikuti Immersion Students ke Kuala Lumpur. Bagaimana tidak, selama kurang lebih seminggu, terhitung sejak tanggal 5 hingga 9 Juli 2009, mereka mengikuti berbagai kegiatan yang menarik. Termasuk di antaranya ‘mencicipi’ belajar di ADNI school yang bertempat di Kuala Lumpur. Sementara semua siswa mengikuti pembelajaran di kelas, guru-guru melakukan observasi di beberapa kelas yang ada di ADNI. Selain ADNI school, mereka juga mengunjungi beberapa tempat wisata di Pulau Langkawi dan sekitarnya. Eramuslim beruntung mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan Immersion Students kali ini.

Singapura Tak Ada, Langkawi pun Jadi

Program Immersion Students rutin diadakan oleh Jakarta Islamic School setiap tahun. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan para siswa akan perkembangan dunia, biasanya dalam hal pembelajaran di luar negeri, khususnya di Malaysia dan Singapura. Namun, karena beberapa kendala, termasuk merebaknya virus H5N1 dan H1N1, Immersion Students kali ini hanya dilakukan di Malaysia. Peserta Immersion Students 2009 terdiri dari 25 siswa (9 putra dan 16 putri), serta guru sebanyak 9 orang. Meski mirip dengan studi banding, ternyata Immersion Students yang dilakukan JISc ini bukanlah program pertukaran pelajar. Lebih tepatnya disebuat program attachment karena hanya satu pihak yang melakukan kunjungan.

Selama di Kuala Lumpur, para siswa dan guru berkunjung ke ADNI School untuk menimba ilmu tentang proses pembelajaran di sana. Setelah dari ADNI, kami sempatkan untuk menelusuri beberapa ikon wisata di Kuala Lumpur, seperti Petro Science, Twin Tower, China town, pasar seni, Masjid Jamee, Putra Jaya, dan studio 4 dimensi.

Merebaknya virus H5N1 dan H1N1 menyebabkan terjadi perubahan jadwal pada Immersion Students kali ini. Perubahan jadwal ini dipimpin langsung oleh Komisaris JISC, Bapak Hero dan Ibu Proklawati Jubilea atau yang lebih dikenal dengan Mam Fifi. Meskipun tak jadi ke Singapura, para peserta tak kecewa karena masih dapat mengunjungi beberapa obyek menarik di pulau Langkawi, antara lain: SkyCab, snorkeling di bawah laut, dan menjelajah di pulau Payar.

Menuju Pulau Langkawi, kami harus menyusuri total 7 jam perjalanan, yaitu 6 jam di kereta api dan 1 jam di kapal feri. Kegiatan selama di pulau Langkawi meliputi penjelajahan under water dan snorkeling di pulau Payar. Dengan kegiatan semacam ini, pengelola JISc berharap agar para pelajar yang lulus dari JISc dapat menjadi para calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki wawasan yang luas. Kenapa ADNI?

Kegiatan Immersion Students JISc kali ini adalah proyek kerja sama dengan ADNI Islamic School. ADNI Islamic School dipilih karena sekolah ini memiliki murid yang berasal dari 32 negara dan oleh karena itu, bahasa yang digunakan dalam pembelajaran adalah bahasa internasional. Selain itu, keunggulan ADNI adalah tetap mengedepankan ajaran Islam sebagai dasar pendidikan di sekolah.

Dengan visi melahirkan generasi Islam yang mampu memimpin dunia, muslim leader, tak heran jika ADNI Islamic School lebih menekankan pada poin pembinaan akhlak kepada murid dalam proses transfer ilmu dari guru ke murid. Alhasil, ADNI diminati oleh masyarakat luas, tak hanya warga Malaysia, tapi juga dari beberapa negara lain. Murid-murid yang belajar di ADNI berasal dari 32 negara, antara lain: Indonesia, Thailand, China, India, Virginia, Kanada, Amerika, Australia, New Zealand, Singapura, Brunei, Filipina, Aljazair, Najriyah, Somalia, Kamerun, Bosnia, dll. Pada umumnya, para orangtua murid adalah diplomat dan pembicara di universitas Islam internasional. Dalam pembelajarannya, ADNI Islamic School menggunakan dwikurikulum, yaitu kurikulum kebangsaan (sama dengan kurikulum nasional di Indonesia) dan kurikulum internasional.

ADNI Islamic School didirikan pada tahun 1994 oleh beberapa stake holder, antara lain: Dr. Fauzi Abdul Saman, Hj. Farida Syamsudin, Hj. Sari Sungit, Tuan H. Sabarudin, dan Hj. Saidah. Asal mula kata ADNI yaitu dari kata ‘zanatul adni’ yang berarti surga. Mungkin dapat diartikan sebagai surga bagi para pecinta ilmu.

Cikal bakal ADNI berawal dari 12 orang murid dalam satu kelas (dari kelas 1 SD) yang kemudian terus merangkak hingga pada tahun 1997 berdiri sekolah menengah setingkat SMA di ADNI. Perubahan gedung pun menjadi satu hal yang menarik di ADNI. Pada tahun 1997—1998, bangunan ADNI masih berbentuk kedai. Lalu pada tahun 1998—1999 berbentuk rumah bang lo (bungalow). Kemudian pada tahun 2001 di Sri Ukay mulai dibuka sekolah dasar dan secondary school 5 tahun. Tahun 2003 didirikan sekolah dasar, secondary (setingkat SMP), dan SMA lengkap.

ADNI yang saat ini adalah gabungan dari dua sekolah, yaitu International Islamic School dan ADNI Islamic School pada tahun 2003. ADNI juga tak lepas dari permasalahan, tapi mereka yakin akan pertolongan Allah swt. Tak heran, ADNI berupaya meluaskan jaringan. Saat ini, jaringan sekolah ADNI terdapat di Indonesia, Thailand, Brunei, dan Singapura. Beberapa pelajar dari negara di luar Malaysia tertarik untuk belajar di ADNI karena menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran. Pada umumnya, sekolah di Malaysia menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa dalam proses transfer ilmu.

Namun, ADNI sebagai sekolah multibangsa mau tak mau harus menggunakan bahasa internasional, yaitu bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Selain unggul dalam bahasa, bidang studi lain yang menjadi daya tarik di ADNI adalah Bahasa Arab dan Matematika, serta Islamic Studies yang juga tak hanya diajarkan, namun dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. “ADNI menggunakan integrated holistic education system”, begitu menurut penuturan Bapak Mualimin, headmaster ADNI Secondary school. Pendekatan budaya tidak terlalu sulit karena masih satu rumpun, namun bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris.

Sebagai contoh, sebanyak 20 pelajar asal Thailand tertarik untuk belajar di ADNI karena ingin mempelajari ilmu agama Islam dan juga ingin menguasai bahasa Inggris. Ternyata, tak hanya mengandalkan bahasa Inggris, ADNI pun berusaha untuk menerapkan konsep pendidikan ala Rasulullah saw. Salah satu contohnya adalah dengan mengajarkan olah raga berenang, memanah, dan berkuda. Subhanallah. Sebagai penutup, Puan Siti Zaiton sebagai wakil komisaris ADNI berpesan bahwa kecemerlangan akademi tidak serumit kecemerlangan akhlak dan budi pekertinya. Hal ini lebih memerlukan usaha dan komitmen yang tinggi dari guru-guru dan orang tua murid. Oleh karena itu, salah satu motto ADNI adalah membina kekuatan anak melalui kekuatan guru. InsyaAllah. (atty/indah)