Si Pitung, Tuan Tanah Cina, dan Pribumi Pengkhianat

Kerjasama dua golongan ini memang dikenal solid, keberadaannya bahkan semakin menakutkan tatkala mereka berhasil merekrut beberapa pribumi untuk dijadikan kaki tangan mereka. Pribumi yang bermental budak tersebut mereka bayar dengan uang keping sesen dua sen. Bermodalkan bayaran yang sebenarnya tidak besar itu Tuan tanah Cina dan Penjajah berhasil menciptakan ketakutan-ketakutan pada masyarakat kecil.

Pada saat ketakutan dan kegelisahan rakyat terhadap tuan tanah china dan penjajah belanda, tidak lama kemudian muncullah perlawanan rakyat Betawi yang dimotori oleh para Mujahid Islam yang bernama Pituan Pitulung yang dibentuk atas saran para Pejuang Jayakarta dibawah binaan para ulama dan sesepuh adat Jayakarta pada saat itu. Pituan Pitulung adalah perlawanan lanjutan dari perlawanan-perlawan sebelumnya yang pernah dikumandangkan Mujahid Jakarta, dan itu terjadi sejak masa Fattahillah sampai dengan masa Pituan Pitulung. Pusat gerakan ini berada di Pondok Pesantren KH Haji Naipin Kebon Pala Tenabang. Sedangkan domisili keluarga Pituan Pitulung, terutama tokoh Penghulu Pitung, mereka berada di wisma Jipang Pulorogo yang sekarang sudah menjadi milik kompas. Wisma Jipang sudah beralih menjadi milik kompas dan sudah tidak ada lagi karena diganti bangunan besar yang kini berdiri menjadi Harian Kompas Gramedia.