Menakar Pengaruh China lewat Sikap Jokowi terhadap Penindasan Muslim Uighur

Eramuslim – Calon petahana Joko Widodo atau biasa disapa Jokowi, bisa jadi melekatkan citranya sebagai seorang yang pro dan membela umat muslim sebagai salah satu ujung tombak strategi kampanyenya.

Bukan tanpa alasan, hal itu terlihat dari dipilihnya Ma’ruf Amin, pemuka agama yang dipercaya banyak umat muslim Indonesia, untuk mendampinginya sebagai calon wakil presiden dalam pemilu presiden tahun ini.

Selain itu, Jokowi juga kerap lantang menyuarakan kecaman atas isu internasional yang menyeret Islam atau umat Muslim Salah satunya adalah mengenai isu penindasan muslim Rohingya. Jokowi kerap melontarkan kecaman atas sikap pemerintah Myanmar terhadap penindasan muslim Rohingya di Rakhine. Jokowi pun lantang mendesak ASEAN untuk mencari jalan keluar atas permasalah muslim Rohingya.

Namun sikap yang berbeda muncul ketika Jokowi dihadapkan dengan isu penindasan muslim Uighur di Xinjiang China.

Jelang akhir tahun lalu, PBB mengeluarkan laporan soal adanya penahanan warga muslim Uighur di Xinjiang China. Media-media asing pun ikut mengangkat isu tersebut. Jumlah warga muslim Uighur yang ditangkap dikabarkan memcapai hingga 1 juta orang. Mereka ditahan di dalam kamp-kamp pendidikan ulang. Bahkan sejumlah aturan pun dibuat di wilayah tersebut untuk membatasi praktik ibadah warga muslim Uighur.

Pemerintah China beralibi bahwa langkah itu diambil untuk menghapus bibit ekstrimis di Xinjiang. Namun media-media asing dan kelompok HAM internasional kerap mengangkat keprihatinan soal adanya penindasan di kamp-kamp tersebut.

Meski begitu, belum ada komentar lantang dari Jokowi mengenai kasus tersebut. Jokowi mengatakan bahwa dia tidak mengetahui dengan pasti situasi yang terjadi di Xinjiang, sehingga tidak bisa berkomentar.