Anak Petani: Celengan Kucing Ini Untuk Palestina, Syaikh!

“Kelak di akhirat nanti…” Syaikh anwer melanjutkan kajiannya. “Ketika Allah bertanya; apakah yang telah kau berikan untuk menjaga masjid suciKu, Masjid al-Aqsa?” lanjutnya.

“Para penduduk Palestina itu sudah mempunyai jawaban yang pasti; Kami telah korbankan jiwa kami, harta kami, rumah kami, keluarga kami, sampai nyawa kami utk menjaganya!” lanjut Syaikh Anwer sambil menahan haru.

Suasana semakin syahdu, hujan di luar mulai reda menyisakan gerimis yang masih menari bersama alunan suara kodok, merdu menyenandungkan tasbih pada Penciptanya.

“Tahukah antum sekalian,” ucap syaikh, “Bahkan penduduk Palestina itu berkata; kami di sini siap untuk mewakili kewajiban setiap umat muslim di seluruh dunia untuk menjadi martil demi menjaga Masjid al-Aqsa dan kota suci Palestina!”

Jamaah tertunduk haru, sebagian mulai membasuh matanya yang mulai berkaca-kaca. Seperti ada perasaan rindu, ada perasaan menyesal, ada semangat yang tengah berkecamuk dalam dada. Semua bercampur menjadi satu membayangkan wajah-wajah teduh warga Kota Suci itu..

“Lalu bagaimana dengan antum sekalian di sini, wahai saudaraku?” Bergetar, Syaikh Anwer bertanya pada jamaah. “Apa yang hendak kalian jawab ketika nanti di akhirat Allah menanyakan hal yang sama? Sudahkah antum sekalian menyiapkan jawabannya?” ungkapnya.

Tak ada yang mampu menjawab. Jamaah membisu, larut dalam suasana harunya. Tiba-tiba dari barisan shaf laki-laki, berdiri sosok gadis kecil tadi. Sekuat tenaga ia berlari menuju Syaikh, tak ada lagi yang mampu menahan bahkan mengejarnya.

Syaikh Anwer kaget, melihat sosok gadis kecil berlari ke arahnya kemudian langsung memeluknya erat, menangis sejadi-jadinya dalam pelukannya seolah tak ingin lepas lagi.

Syaikh membalas pelukannya sembari mengalungkan sebuah syal untuk anak itu. Perlahan dari balik kerudungnya, gadis kecil tadi mengeluarkan sebuah benda mungil berwarna hijau.

“Ini untuk Palestina, Syaikh!” masih dalam tangisnya, anak itu menyerahkan celengan kucingnya kepada Syaikh.

Sontak seluruh isi masjid bergemuruh, lantunan takbir saling bersahutan dari lisan jamaah. Ucapan hamdalah terus bersenandung menaungi setiap ruangannya.