Cak Nun: Hei Pemimpin Indonesia, Kenapa Kejam ke Rakyat? Sengkuni Saja Tidak Sejahat Kamu

Di dalam penjara, Sengkuni bersama orang tua dan saudara-saudaranya merasakan penderitaan tiada tara. Setiap orang hanya diberi sebutir nasi untuk dimakan setiap hari.

Sengkuni dan suadara-saudaranya tidak mungkin bisa bertahan hidup hanya dengan memakan sebutir nasi setiap hari.

Karena itu, mereka berdiskusi dan memutuskan bahwa di antara 101 orang (tidak termasuk Gandari karena dia permaisuri raja), harus ada yang hidup, yakni Sengkuni.

“Maka yang 100 orang, merelakan untuk dimakan oleh yang satu (Sengkuni). Jadi, Sengkuni itu bertahun-tahun kerjanya adalah makan saudaranya,” ucap Cak Nun, sebagaimana dikutip Pojoksatu.id dari video CakNun.com yang diupload pada 13 Februari 2019.

Dalam video berjudul “Cak Nun: Atas Nama Apa Kamu Jahat Kepada Rakyat” Cak Nun mengatakan bahwa selama dipenjara, Sengkuni memakan 98 adik-adiknya serta menyantap bapak dan ibunya.

“Jadi dia menjadi jahat karena dia pernah dipaksa makan (100 saudara dan orang tuanya) untuk regenerasi, harus tetap hidup. Cara satu-satunya untuk hidup adalah makan 98 adiknya,” ucap Cak Nun.

Dikatakan Cak Nun, Sengkuni merasakan penderitaan dan rasa bersalah karena memakan ibu, bapak serta 98 adiknya. Meski begitu, Sengkuni hanya menjadi seorang provokator, bukan teroris besar yang membunuh semua orang.

Cak Nun menceritakan kronologi penyebab Sengkuni dan adik-adiknya dijebloskan ke dalam penjara oleh Raja Dretarastra.

Awalnya, kata Cak Nun, Sengkuni memiliki niat baik untuk menikahkan kakaknya, Gandari dengan Pandu, pewaris tahta Hastinapura.

“Karena dia mempertimbangkan bibit, bebet, bobot. Perhitungannya sangat baik untuk berkeluarga. Tapi ternyata dia dikawini oleh kakaknya (kakak Pandu) yang buta itu (Dretarastra),” kata Cak Nun.

“Sengkuni tidak setuju, tapi karena orang tuanya sudah setuju, akhirnya dia tetap setia mengawal mbaknya (Gandari) menjadi permaisuri Kerjaan Hastinapura,” tambah Cak Nun.