Catatan Hazmi Srondol: Akhirnya Prabowo pun Menangis

“Ya saya tanya, ada yang dua jam perjalanan untuk kesini? Mereka menjawab ada. Hingga pertanyaan empat jam, delapan jam hingga empas belas jam”

“Ada gak, pak?” tanyaku penasaran.

“Ada, mas. Dan saya tidak bisa membendung airmata saya. Saya nangis, mas.” Jelasnya sambil berkaca-kaca.

“Bapak sempat speechless berberapa menit, mas. Pidatonya mundur. Hehehe…” sela salah satu staffnya sambil terkekeh.

“…..” aku hanya bisa terbengong saja.

“Lalu saya tanyakan kepada yang perjalanan daratnya paling lama itu. Kalian dapat ongkos darimana? E, mereka jawab kalau mereka diongkosin dari iuran pengurus dan simpatisan lainnya. Lalu saya tanya lagi, kenapa kalian mau jauh-jauh dan melelahkan hadir di acara ini?”

“Apa jawaban mereka, pak? Apa pak?” tanyaku mulai tidak sabar.

“Mereka bilang, mereka ingin mendengarkan pidato langsung dari saya. Mereka pengen tahu gagasan ini secara langsung, bukan fotokopian materi yang biasa mereka dapatkan dari pengurus” jelasnya

“Dan bapak nangis lagi, mas” sela staff nya yang paling muda ini sambil kembali terkekeh…

“Ya iyalah, mana juga bisa saya menahan haru” jawab Prabowo ke staffnya yang memang terkenal rada usil ini.

Sungguh, aku benar-benar tidak menyangka. Kukira hanya pada zaman Bung Karno saja sebuah partai sampai iuran untuk bisa menghadirkan atau hadir untuk bertemu pemimpinnya ke daerahnya. Ya, hanya sekedar mendengarkan pidato dan gagasannya secara langsung tanpa melalui jembatan media baik televisi, radio, koran bahkan materi fotokopian.

Aku bisa membayangkan atmosfir apa yang terjadi di sana. Sebuah antusiasime tanpa iming-iming uang gaji. Sekaligus mulai berfikir dan menunggu hasil pemilu besok, apakah memang sebuah politik “gagasan” bisa mengalahkan politik “uang”?

Hal yang ujung-ujungnya pun harus menbuatku banyak-banyak bersyukur. Tidak seperti orang lain yang mesti susah payah dan iuran hanya untuk bertemu Prabowo, aku disini diberi kemudahan untuk bertemu. Paling hanya susah saat mesti blusukan menembus kawasan hutan Bukit Hambalang yang sempit,berkelok-kelok dan gelap itu.

Nah, sekarang – mari kita buktikan bahwa politik “gagasan” Prabowo mampu mengalahkan uang tanpa seri milik cukong. Indonesia milik kita bukan mereka, KITA – RAKYAT INDONESIA. Mari bersatu berjuang untuk indonesia lebih baik, tidak berat kok bergeraklah dibidang kita masing-masing atau setidaknya #SHARE #BAGIKAN artikel ini untuk memotivasi kawan kita seperjuangan lainnya. Salam Indonesia Raya!

(By Hazmi Srondol) [portalislam]