Debat Lawan Deddy Sitorus PDIP, Eggi Sudjana: Saya Lawyer Bos!

Deddy mengatakan Ferdinand dalam kasusnya sudah menyampaikan permintaan maaf. Dia bertanya lagi ke Eggi apakah bersedia menjadi pembela Ferdinand.

“Mau nggak jadi pembelanya?” kata Deddy bertanya lagi.

“Mau saya,” tutur Eggi.

Eggi menegaskan untuk urusan hukum menyesuaikan sudut pandangnya, ia bisa saja jadi pembela.

“Kalau untuk legal. Oh, saya lawyer bos! Ketua Tim Pembela Ulama dan Aktivis,” kata Eggi yang juga eks caleg PAN itu.

“Walaupun saya nggak setuju dengan Hutahaean, tapi dia aktivis saya bela. Itu objektivitas namanya. Tidak subjektif saya,” sebut Eggi.

Dia menyampaikan kembali surat edaran Kapolri terkait restorative justice mesti jadi acuan. Pun, ia mau ini jadi solusi dalam perkara Edy Mulyadi yang sudah minta maaf berkali-kali.

Setelah Eggi, pengurus PWNU DKI Jakarta, Taufik Damas sempat menyampaikan argumennya. Dia mengingatkan meski yang disampaikan Edy hanya majas tapi ucapannya tidak boleh melanggar kebebasan orang lain.  Taufik minta perkara Edy sebaiknya diproses secara hukum sesuai aturan yang ada. Kata dia, menyepelekan, merendahkan menghina salah suku di Indonesia itu sama dengan merusak sila ketiga Pancasila, persatuan Indonesia.

Eggi sempat menepis argumen Taufik. Dia mengatakan mesti dipahami dulu konstruksi hukum dalam perkara Edy. Lagipula, ucapan Edy tak menyebut suku tapi menyinggung Kalimantan.

Deddy Sitorus pun menyela dan meminta waktu ke presenter untuk bicara. Dalam penjelasan panjang lebarnya, ia meyakini Polri dalam perkara Edy akan meminta penjelasan ahli bahasa hingga ahli hukum apakah lanjut atau tidak ke pengadilan.

Dia meminta hal ini sudah biasa dan jangan dijadikan polemik. Apalagi menurutnya RI merupakan negara hukum. Deddy kemudian mengutip filsuf dan ekonom Skotlandia, John Stuart Mill bahwa dalam menyampaikan pendapat, kebebasan bicara justru jangan membuat kerusakan.

“Begini yang dilakukan oleh Edy Mulyadi kita mari bicara teks dan konteks. Teksnya menurut versi dia. Menurut versi orang lain beda,” ujar Deddy.

Dia mengaku sebagai anggota DPR dari daerah pemilihan Kalimantan merasa terhina karena Edy menganalogikan sebagai tempat jin buang anak. Pernyataan itu terkesan menganggap Kalimantan sebagai tempat maha jauh, tempat orang tidak mau datang.

Deddy menyinggung Kalimantan itu punya sejarah yang bisa dirunut sampai 8 ribu tahun sebelum masehi. Bagi dia, Kalimantan memiliki kebudayaan dan tradisi.

“Ini yang menjadi persoalan. Supaya kita paham, bahwa luka yang ditimbulkan dari pernyataan itu sangat dalam,” kata Deddy.

Kemudian, ia mengaku juga marah saat koleganya di PDIP yaitu Arteria Dahlan mengkritik Kajati berbahasa Sunda dalam rapat.  Deddy yang menyinggung kasus Arteria, Eggi lantas langsung bereaksi. “Nah, bantu dong. Sunda nih Sunda,” kata Eggi.

Deddy mengaku usai omongan Arteria heboh, ia meminta yang bersangkutan untuk langsung minta maaf. Tapi, ia tak mau bicara Arteria dan melanjutkan kembali paparannya soal ucapan Edy terkait Kalimantan tempat jin buang anak.