Dugaan Syafril Sjofyan, Ali Ngabalin Alami Gejala Kejiwaan

Di saat diskusi, Ngabalin juga sering menyatakan kepada pihak lawan diskusi agar menggunakan diksi sopan dan beretika. Tapi sebaliknya dia merasa berjaya menggunakan diksi kotor dan kasar dalam menyerang lawannya.

Syafril Sjofyan menyebut perilaku ini sebagai tanda-tanda depresi mental atau sindrom tourette. Sering dianggap sebagai penyakit yang “tidak tampak”. Penderita penyakit ini sering berjuang sendirian dalam sunyi di balik pintu yang tertutup.

Katanya, orang yang menderita gangguan jiwa menyadari bahwa kondisinya dapat memengaruhi orang-orang di sekitarnya.

“Karena stigma yang melekat kuat pada gangguan jiwa, seseorang biasanya takut mengakui sikap kasar mereka itu karena penyakit yang dideritanya,” sambung Sekjen Forum Komunikasi Patriot Peduli Bangsa (FKP2B) itu.

Jika benar Ali Ngabalin menderita depresi tersebut, maka sangat disayangkan pihak istana menggunakan orang yang cenderung berbahaya ini.

“Perilaku ini mirip sejumlah elite buzzer. Coba amati Ferdinand Hutahean dll,” tutupnya. (rmol)