GP Ansor Semarang Adukan Buku SD Tiga Serangkai ke Polisi, Tuding Radikalisme

Selain itu, kata Rahul, lembaganya juga menemukan penggunaan konotasi negatif pada simbol santri dan kiai yang kecenderungannya menyudutkan kalangan masyarakat Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja).

Konotasi negatif itu ditemukan di buku berjudul ‘Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti’ yang diperuntukkan untuk siswa kelas 3 SD. Buku itu diterbitkan pertama kali tahun 2015 dan diperbaharui tahun 2020.

Pada buku itu tepatnya di halaman 33 memuat narasi dan simbol kata santri yang mengarahkan pada salah satu ormas keagamaan besar dengan kalimat ‘seorang santri yang sangat penakut’.

Begitupun pada halaman 103 yang memuat latihan soal nomor 14 yang berisi pilihan ganda dengan kalimat ‘kekayaan dan kepandaian adalah rizki yang berasal dari a. Allah, b. Manusia, c. Malaikat, d. Kyai’.

“Terkait dengan intoleransi juga ada dengan framing penyudutan kiai dan santri. Salah satu contoh di situ disebutkan bahwa santri adalah penakut serta kiai tidak memberikan kekayaan. Walaupun mungkin hal itu benar, tapi narasi seperti itu bisa membentuk opini tertentu tentang kiai dan santri,” ujar dia.

Rahul meminta agar pihak kepolisian segara mengusut ajaran radikalisme dan intoleransi pada buku ini. Sebab menimbulkan keresahan dan kekhawatiran.

“Makanya ini sangat meresahkan karena di dalam buku tersebut masih tertulis narasi HTI. Dan saat ini kita minta pihak kepolisian untuk mengusut masalah ini,” kata Rahul.

Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari pihak PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Perusahaan penerbit itu diketahui beralamat di Kota Surakarta, Jawa Tengah. (*)