Herbal Ramuan Hadi Pranoto Bikin Geger, Dibuat dari Bahan Apa Sih?

“Ini adalah senyawa sirsak, manggis, kemudian kelapa, kemudian ada gula aren, ada beberapa campuran lain. Ditambah teknologi bakteri mikrobiologi tanah, itu yang ke dalamnya,” ujar Hadi dengan penuh percaya diri.

Hadi pun menjelaskan, bagaimana cara kerja obat herbal ramuannya. “Cara kerja herbal ini adalah saat kita minum membentuk antibodi dalam tubuh. Dia akan mencairkan lendir yang mengental. Karena COVID-19 itu setelah menginfeksi manusia dia akan mengentalkan cairan yang ada dalam organ tubuh.”

“Kemudian mengkristalkan cairan itu menutup pori-pori oksigen sehingga orang itu bisa meninggal dunia. Karena oksigen tidak bisa masuk ke dalam tubuh.”

Hadi Pranoto yakin, herbal ramuannya bisa mencairkan lendir dalam tubuh yang terinfeksi virus lalu dibuang melalui keringat, air seni, hingga lewat kotoran saat buang air besar.

Untuk meneliti khasiat dari ramuannya, Hadi Pranoto bahkan mengatakan telah membentuk tim penelitian yang diberi nama Tim Antibody COVID-19.

Dari hasil penelitiannya, Hadi mengklaim sudah banyak nyawa tertolong berkat ramuannya. “Kita sudah hampir merata ya (sembuhkan pasien), di seluruh pulau Jawa kita sudah lakukan, di Sumatera sudah kita lakukan, di kKlimatan juga sudah kita lakukan.”

Ramuan herbalnya kata Hadi, bahkan telah dibagikan pada 26 ribu pasien. Sebagian ramuannya juga telah didistribusikan ke rumah sakit.

“Ini tidak ada pantangan sama sekali (batas usia dan penyakit) bagi saudara-saudara kita. Ini tidak memandang usia. Semua usia dari mulai orang hamil, anak bayi, anak dewasa, dan orang tua bisa mengkonsumsi dengan kondisi aman.”

Herbal ramuan Hadi bahkan diakuinya tidak memiliki tanggal kedaluarsa. Bisa bertahan lama hingga 20 sampai 30 tahun. “Karena ini tidak ada kedaluarsanya.”

Meski begitu, Hadi Pranoto memutuskan untuk tidak memberikan label ataupun merek pada obat ramuannya. Namun meski begitu, izin BPOM katanya sudah didapatkannya.

“Izin BPOM sudah ada, semua sudah ada.”

Hadi pun memiliki kekhawatiran jika diberi label atau merek, obat ramuannya bisa dipalsukan. Untuk itu, dia memilih untuk memperjual belikan sendiri.

“Di Bogor sudah hampir 16 ribu botol (terjual).”[viva]