India Beli 3 Juta Alat Rapid Test Corona Buatan Orang Indonesia

Sensing Self telah memulai riset sejak akhir 2019 untuk meneliti virus corona SARS-CoV-2. Saat itu, tim ilmuwan Sensing Self yang juga bekerja sama dengan ilmuwan dari Hong Kong dan China, sudah mendapatkan informasi soal penyakit pernapasan misterius di Wuhan, jauh sebelum penyakit ini mewabah lintas negara.

Pada dasarnya, mekanisme alat tes COVID-19 milik Sensing Self tidak jauh berbeda dengan rapid test kebanyakan. Namun, keunggulan rapid test Sensing Self berada pada enzim yang menjadi bahan baku produk.

“Teknologi yang kita miliki bukan terletak pada kit atau kertasnya, tapi ada di enzimnya. Enzim itu kalau tidak diperhatikan, misalnya waktu ditaruh tidak dijaga suhunya atau segala macam, enzim itu bisa rusak,” jelas Santo.

Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis atau senyawa yang mempercepat proses reaksi dalam suatu proses kimia organik. Dalam rapid test, enzim turut berperan dalam menentukan keakuratan hasil tes COVID-19.

Menurut Santo, alat rapid test bisa memiliki tingkat akurat yang rendah karena enzim yang digunakan tidak diperhatikan kualitasnya, sehingga berpotensi rusak dalam proses pemakaian produk. Hal ini kerap ditemukan pada kebanyakan alat rapid test perusahaan lain.

Spanyol misalnya, pemerintahnya menyatakan tes cepat dan massal pengambilan sampel darah (rapid test) yang dibeli dari China tak konsisten mengidentifikasi kasus positif virus corona. Mereka mengaku akan mengembalikan kit tersebut ke pabrik.

Sebagaimana diberitakan Business Insider, pengembalian itu dilakukan setelah ada temuan ahli mikrobiologi soal rapid test kit yang mereka beli dari sebuah perusahaan China, Bioeasy. Mengutip surat kabar Spanyol El País, alat itu hanya memiliki sensitivitas sebesar 30 persen.[end]