Ketua Koordinator Gerakan Mahasiswa 77-78: Sofyan Wanandi Sebaiknya Diam, Indonesia Bukan Milik Para Cukong

jk-sofjan-2
Kedekatan Sofyan Wannadi dan JK, saat pelesiran di AS

Eramuslim.com – Nyamannya tinggal di Indonesia sekarang ini banyak membuat orang-orang yang bukan asli Indonesia lupa diri dan menjadi angkuh, bahkan terhadap para pribuminya. Mereka merasa menjadi superior dan kaum pribumi bisa dengan seenaknya diatur-atur. Padahal di zaman penjajahan Belanda, orang-orang pribumilah yang mengangkat senjata, emngorbankan darah dan nyawa demi kemerdekaan Indonesia, sedangkan orang-orang ini kebanyakan malah menjadi kaki tangan penjajah Belanda.

Entahlah seorang Sofyan Wannadi masuk kelompok yang mana. Namun Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Jusuf Kalla ini sekarang dianggap terlalu banyak omong, bahkan berani-beraninya bersikap seperti seorang presiden saja.

Koordinator Gerakan Mahasiswa 77-78, Syafril Sofyan, meminta Sofyan Wanandi untuk sadar diri. NKRI sama sekali bukan milik para investor, tetapi milik rakyat Indonesia yang punya martabat dan kemampuan.

“Sofjan Wanandi itu siapa sih, selalu mendewakan bahwa Republik Indonesia yang sudah merdeka selama 70 tahun hanya tergantung kepada investor, menganggap rendah rakyat. Sudah seperti atasan presiden saja dia meminta seorang menko ditertibkan. Justru dia harus tutup mulut, jangan bikin gaduh,” ujarnya seperti dilansir Kantor Berita RMOL (9/9).

Sebagai seorang tenaga ahli, sebut Syafril, Sofjan Wanandi tidak pantas menilai seorang menteri kordinator. Daripada sibuk menilai menko yang bukan menjadi tugasnya, Syafril menyarankan Sofjan Wanandi menasihati JK agar punya strategi pembangunan ekonomi yang lebih menguntungkan kepentingan rakyat. Bukan menguntungkan para investor dan memperparah KKN.

“Mengerti tidak tentang Trisakti-nya Bung Karno dan Nawacita-nya Jokowi, jika tidak sebaiknya Sofjan Wanandi diam sebelum rakyat mual dengan alasan mendewa-dewakan investor,” tukas Syafril.

Pernyataan keras Syafril Sjofyan ini disampaikan sebagai komentar atas pernyataan Sofjan Wanandi yang mengatakan revisi proyek pembangunan pembangkit listrik dari 35.000 megawatt menjadi 16.000 megawatt yang digagas Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli akan membuat investor bingung.

Oleh karena itu, menurut dia, Presiden Jokowi harus menertibkan Rizal Ramli.

Sementara itu, banyak kalangan menyambut baik gagasan Rizal Ramli karena selain tidak dapat dikerjakan selesai sesuai target pada tahun 2019, pembangunan listrik 35.000 megawatt juga akan membuat bangkrut PLN.

Berdasarkan kajian timnya, Rizal mengatakan bahwa beban puncak listrik Indonesia bakal mencapai 74.525 MW pada 2019. Proyek yang berlangsung saat ini berkapasitas 7.000 MW. Jika dipaksakan merealisasikan 35.000 MW maka akan terjadi kelebihan kapasitas listrik 21.331 MW. Kelebihan itu harus dibayar PLN dan akhirnya membebani keuangan perseroan.

Tak sedikit yang menganggap ramainya serangan terhadap Rizal Ramli terkait revisi rencana pembangunan pembangkit listrik karena ada pihak-pihak yang terganggu kepentingan bisnisnya. Banyak disebut-sebut proyek prestisius itu akan digarap kroni JK. (Rd)